Pentingnya penguatan rasa nasionalisme dalam diri generasi muda menjadi salah satu perhatian wali kota Semarang Hendrar Prihadi.
- Unsoed Kukuhkan Guru Besar Kepada Jaksa Agung ST Burhanuddin
- 39 Mahasiswa Unsoed Magang ke Jepang
- UKT PTN Naik, Unnes: Tiap Fakultas Beda-beda Dan Mahasiswa Diperbolehkan Banding Ajukan Keringanan
Baca Juga
Hal itu terungkap saat Hendi sapaan akrab Wali kota memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) dari berbagai fakultas di Aula Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang, Kedungmundu belum lama ini.
Dalam kuliah umum dengan tema "Pemantapan Jiwa Nasionalisme di Kalangan Mahasiswa" Hendi menyampaikan permasalahan yang sekarang sedang dihadapi bangsa Indonesia.
Menurutnya saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada persoalan tentang rasa Nasionalisme yang mulai luntur. Pihaknya menuturkan bahwa lunturnya rasa nasionalisme dapat terjadi saat mendapat pengaruh dari luar dan dari dalam.
Pengaruh dari luar adalah saat bertemu dengan kelompok beraliran tertentu, kemudian dari dalam saat kita menemui masalah kebangsaan kemudian merasa kecewa.
"Mari kita selalu tanamkan rasa Nasionalisme dalam diri kita. Sekarang ini banyak rasa Nasionalisme yang luntur. Bertemu dengan kelompok lain dan berdiskusi tentang ideologi, atau menemui problem kebangsaan dan merasa kecewa, ini bisa melunturkan rasa Nasionalisme" jelas Hendi.
Guna memantapkan rasa Nasionalisme, Hendi mengemukakan kepada para mahasiswa untuk selalu menanamkan bahwa kita tinggal di Indonesia, maka dari itu cintai dan hormati bangsa tempat kita tinggal.
"Supaya nasionalisme tidak terus luntur kita harus selalu ingat. Kita ini kan cuma indekost di negara yg namanya Indonesia, coba kalau kita tidak hormat pada bangsa ini lalu kita mau tinggal di mana?" lanjut Hendi.
Untuk memantapkan Nasionalisme kita juga harus memegang teguh ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Penerus bangsa tinggal mengisi kemerdekaan, membangun bangsa.
Masalah lain yang sampai saat ini masih ada di bangsa Indonesia yang merupakan peninggalan penjajah adalah masih adanya mentalitas pribumi atau inlander mentality. Istilah yang menurut wali kota dipakai penjajah untuk menanamkan mental bangsa yang lemah.
"Inlander mentality memandang bangsa lain lebih baik, sementara memandang bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tertinggal dan tidak percaya diri," ungkapnya.
Lanjut Hendi untuk menghapus mental inlander bukan persoalan yang mudah, perlu adanya kekuatan dari generasi mudanya untuk melawan mental tersebut.
"Ini didikan 3,5 abad. Susah untuk mengubah itu. Satu -satunya cara yaitu generasi sekarang harus mendobrak mental inlander tersebut," tegas Hendi. Lebih jauh Hendi memaparkan ada 4 golongan anak muda.
Golongan pertama yaitu golongan anak muda yang pintar dan peduli, kedua, golongan yang pintar namun tidak peduli, ketiga adalah golongan yang tidak pintar tetapi peduli, dan yg terakhir golongan yang tidak pintar dan tidak peduli.
Maka, untuk kemajuan bangsa Indonesia, diperlukan golongan yang pertama, yaitu golongan yang pintar dan peduli.
"Inilah yang kami harapkan supaya adik-adik sekalian bisa menjadi golongan yang pertama, menjadi generasi yang pintar dan peduli. Pintar secara intelektual, kemampuan, ketrampilan dan peduli maksudnya menyalurkan kepintarannya, untuk bisa mengangkat nama keluarga, kota dan bangsa Indonesia," jelas Hendi.
Di akhir materi kuliahnya Hendi berpesan kepada segenap mahasiswa untuk dapat memanfaatkan waktu saat usia masih muda untuk mencari ilmu sebanyak-bantaknya.
"Dari pengalaman saya, mumpung kalian masih muda, sekolah yang setinggi-tingginya, cari titel sebanyak-banyaknya, belajar ketrampilan seluas-luasnya, suatu saat akan berguna," pungkas Hendi.
- Wamenkumham RI : KUHP Indonesia Bukan Kitap Suci, Bisa Dikoreksi Jika Hak WNI Terlanggar
- 13 Sekolah di Purworejo Ikuti Lomba Pramuka Saka Wira Kartika yang Digelar Kodim 0708
- Akademisi Universitas Jenderal Ahmad Yani Belajar Pengolahan Obat Herbal di Sido Muncul