Kampanye untuk mencintai produk dalam negeri yang digaungkan Presiden
Joko Widodo diklaim sejalan dengan data pertumbuhan barang impor yang
terbilang rendah.
Kampanye untuk mencintai produk dalam negeri yang digaungkan Presiden Joko Widodo diklaim sejalan dengan data pertumbuhan barang impor yang terbilang rendah.
Direktur Riset Indef, Berly Martawardaya menyampaikan, pertumbuhan barang impor yang masuk ke Indonesia jumlahnya masih sedikit jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Namun sayangnya, hal itu juga terjadi pada kegiatan ekspor di Indonesia. Dari data yang dimilikinya, kegiatan ekspor juga masih di bawah negara sahabat, terutama dalam bidang kendaraan dan elektronik.
"Kalau di Indonesia data ekspornya masih di bawah ekspor Thailand untuk produksi mobil," ucap Berly dalam diskusi virtual Indef bertema 'Produk Asing: Benci tapi Rindu', Senin (8/3), dikutip dari
Kantor Berita RMOL. Berly mengurai, produksi bahan baku dan bahan modal di Indonesia cukup besar untuk pasaran domestik. Namun, untuk produk impor, mayoritas konsumen cenderung sedikit.
"Masih cukup banyak produksi di Indonesia yang disebabkan oleh konsumen Indonesia juga, sehingga kita bisa lihat ekonomi Indonesia relatif tertutup. Jadi, yang dibilang kita terlalu liberal itu datanya dari mana?" tanyanya.
Direktur Riset Indef, Berly Martawardaya menyampaikan, pertumbuhan barang impor yang masuk ke Indonesia jumlahnya masih sedikit jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Namun sayangnya, hal itu juga terjadi pada kegiatan ekspor di Indonesia. Dari data yang dimilikinya, kegiatan ekspor juga masih di bawah negara sahabat, terutama dalam bidang kendaraan dan elektronik.
"Kalau di Indonesia data ekspornya masih di bawah ekspor Thailand untuk produksi mobil," ucap Berly dalam diskusi virtual Indef bertema 'Produk Asing: Benci tapi Rindu', Senin (8/3).
Berly mengurai, produksi bahan baku dan bahan modal di Indonesia cukup besar untuk pasaran domestik. Namun, untuk produk impor, mayoritas konsumen cenderung sedikit.
"Masih cukup banyak produksi di Indonesia yang disebabkan oleh konsumen Indonesia juga, sehingga kita bisa lihat ekonomi Indonesia relatif tertutup. Jadi, yang dibilang kita terlalu liberal itu datanya dari mana?" tanyanya.