Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi militer terhadap Hamas akan berlanjut 'dengan kekuatan penuh'.
- Pendukung Mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma Marah, Korban Kerusuhan Tewas Terus Bertambah
- Peneliti Inggris Temukan Gen Yang Dapat Mendeteksi Dini Kasus Covid-19
- Rihanna Didapuk Sebagai Pahlawan Nasional oleh Negara Barbados
Baca Juga
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi militer terhadap Hamas akan berlanjut 'dengan kekuatan penuh'.
Perang tujuh hari antara Israel dengan Hamas kemungkinan besar belum akan selesai dan perlu waktu untuk memulihkan ketenangan.
"Israel akan terus bertindak melawan kaum radikal di Jalur Gaza yang menggerogoti wilayahnya," ujar Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu (16/5), setelah konferensi pers mengenai pembaruan status, di Kirya Tel Aviv bersama Menteri Pertahanan, dikutip dari Kantor Berita RMOL.
"Kampanye kami melawan organisasi teroris berlanjut dengan kekuatan penuh. Kami bertindak sekarang, selama diperlukan, untuk memulihkan ketenangan warga Israel. Ini akan memakan waktu," katanya.
Menekankan bahwa Israel menuntut 'penyerang' membayar apa yang telah dilakukannya, dan menolak upaya internasional untuk mengatur gencatan senjata.
Israel berada di bawah tekanan karena tindakannya di daerah kantong Palestina. Namun, beberapa negara juga mendukung tindakannya, salah satunya dari Amerika Serikat, menurut Netanyahu.
Utusan AS, Hady Amr, telah berada di Israel untuk membahas ketegangan yang terjadi dengan pejabat Israel.
Menurut lapoan BBC, Hady Amr telah menyaksikan serentetan kekerasan antar-komunal yang mengkhawatirkan di kota-kota campuran Yahudi-Arab. Hady Amr juga bertemu dengan para pemimpin Israel-Arab.
Israel dan kelompok Palestina di Jalur Gaza telah bertukar serangan rudal sejak 10 Mei. Aksi saling serang ini menyusul bentrokan mematikan antara polisi Israel dengan para pengunjuk rasa di dekat masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem pada awal Mei.
Bentrokan itu sendiri dipicu oleh keputusan pengadilan Israel untuk menyita rumah warga Palestina dan Arab di Sheikh Jarrah yang telah tinggal di sana selama lebih dari 50 tahun.
Israel membela pemukim Yahudi yang disebutnya telah memiliki bangunan itu sebelum 1948.
- Hongaria Dihantam Gelombang Cuaca Panas
- Presiden Prabowo Subianto, Tamu Utama Hari Republik India
- Donald Trump Sebut Invasi Rusia Berpotensi Perang Dunia III