Kerusuhan yang terjadi di Afrika Selatan telah menewaskan sedikitnya 72 orang. Polisi dan militer berusaha menghentikan kerusuhan di daerah miskin di dua provinsi setelah pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zuma, namun tak mampu membendung kemarahan massa yang mengobrak abrik dan membakar segala fasilitas umum, hingga banyak korban yang tewas dan terluka.
Banyak kematian di provinsi Gauteng dan KwaZulu-Natal terjadi dalam kekacauan saat sejumlah orang mencuri makanan, peralatan listrik, minuman keras dan pakaian dari toko, kata para pejabat, seperti dilaporkan Reuters.
Dinas Kepolisian Afrika Selatan (SAPS) mengatakan pada Selasa malam bahwa mereka telah menangkap 1.234 orang dalam beberapa hari terakhir selama aksi protes yang telah berubah menjadi penjarahan dan kerusuhan yang merajalela.
Tentara telah dikirim ke jalan-jalan untuk mencoba menahan kerusuhan, seperti yang diamanatkan Presiden Cyril Ramaphosa untuk 'memulihkan ketertiban' saat mengetahui polisi kewalahan menghadapi amukan massa yang brutal.
Ini kekerasan terburuk di Afrika Selatan dalam beberapa tahun.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu dan polisi membalas dengan peluru karet, menurut laporan Reuters. Rekaman udara dari saluran lokal eNCA menunjukkan asap hitam mengepul dari beberapa gudang Durban, dan pemandangan di jalan-jalan amat berantakan dengan banyak puing berserakan.
Sebuah pabrik pakaian yang menyediakan 600 pekerjaan di Isithebe, utara Durban, terpaksa ditutup karena semua mesin dan bahannya telah dijarah, kata serikat pekerja tekstil. Toko-toko lainnya dan pom bensin juga terpaksa ditutup.
Juru bicara Yayasan Zuma, Mzwanele Manyi, mengatakan, kekerasan itu bisa dihindari. Tidak akan ada perdamaian di Afrika Selatan sampai mantan presiden itu dibebaskan dari penjara.
"Perdamaian dan stabilitas di Afrika Selatan secara langsung terkait dengan pembebasan Presiden Zuma dengan segera," katanya dalam sebuah Tweet.
Jacob Zuma (79 tahun) dihukum karena menentang perintah pengadilan konstitusi untuk memberikan bukti pada penyelidikan korupsi tingkat tinggi selama sembilan tahun menjabat hingga 2018.
Dia juga menghadapi persidangan dalam kasus terpisah atas tuduhan termasuk korupsi, penipuan, pemerasan dan pencucian uang. Dia mengaku tidak bersalah di pengadilan pada bulan Mei.
Pada Senin (12/7) Zuma menantang hukuman penjara 15 bulannya di pengadilan tinggi Afrika Selatan, demikian dikutip dari Kantor Berita RMOL.