- Gelapkan BPKB dan Gunakan Dana Desa, Kades di Rembang Ditahan Polisi
- 21 Desa Jadi Sasaran Prioritas Percepatan Penurunan Stunting di 2025
- Demi Ikut Tes CPNS Kemenag, Pengantin Ini Terpaksa Tinggalkan Panggung Pernikahan
Baca Juga
Isu Fenomena politik uang atau money politik dalam Pilkada Kabupaten Rembang 27 Nopember, menggugah nurani politikus muda asal Lasem, Rembang, Abdol Azis SAg MSi yang akrab di sapa Gus Azis.
Abdol Aziz, dari Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengaku sangat prihatin dengan fenomena tersebut.
Ia kemudian terang-terangan memasang spanduk di tempat-tempat strategis, guna menyampaikan seruan politik dan moral untuk mempertimbangkan kekhawatiran itu jangan sampai terjadi. Kalaupun ada politik uang, menurut Aziz tetap terukur dan terkendali.
“Para calon supaya mempertimbangkan untuk tidak jor-joran, kalau kita dengar informasi yang berkembang, arahnya kan begitu. Harapan kita yang terukur dan terkendali amplopnya, karena money politic tampaknya tidak bisa kita hindari,” ungkap Gus Azis kepada RMOLJateng, Selasa (12/11).
Gus Aziz menyebut, kalau politik uang marak, rawan berdampak buruk terhadap kondisi anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Rembang yang relatif rendah, jika dibandingkan daerah-daerah lain.
Ia memperkirakan APBD akan semakin terseok-seok, akhirnya masyarakat terkena getahnya.
“Saya khawatir dengan masa depan pemerintahan yang akan melaksanakan tugas-tugas politik 5 tahun kedepan. Perjalanan pemerintahan akan terseok-seok, karena faktor kemampuan APBD kita relatif rendah. Makanya di spanduk saya itu, saya sampaikan ampun jor-joran amplop nggeh. Mesake APBD ne, mesake kota santrine, demi Rembang Tangguh, demi Rembang Harmonis,” imbuh Gus Aziz.
Gus Aziz yang merupakan mantan anggota DPRD Jawa Tengah dari PPP ini menimpali politik uang akan membuat pasangan calon terpilih, cenderung akan berhitung, untuk mengembalikan modal.
“Pasti ada hitung-hitungannya, ada konsekuensi cost yang harus ditanggung oleh calon, pasti itu,” bebernya.
Padahal di sisi lain, masih banyak masalah yang harus diselesaikan, terutama jalan rusak dan peningkatan infrastruktur. Dengan kemampuan kapasitas keuangan APBD hanya kisaran Rp 400 Miliar, akan berdampak luas kepada masyarakat.
Gus Aziz kembali mengingatkan bahwa Rembang Kota Santri yang agamis dan religius. Tapi Rembang justru dikenal sebagai daerah yang konon memulai politik uang, anggapan ini menurutnya sangat ironis.
“Banyak pesantren, banyak kiai, ini faktor penting yang harus diingat. Soalnya Rembang kan sudah terkenal agak lama, konon bahkan dikenal sebagai kabupaten yang memulai tradisi money politics. Rembang yang Kota Santri itu ternyata praktek politik uangnya, jauh dari nilai-nilai etik,” papat Gus Aziz ini.
Jika politik uang sulit dihindari, Gus Aziz mengusulkan wacana pertemuan dua tokoh, yakni Harno (calon Bupati 02) dan Atna Tukiman (ayah dari calon Bupati 01, Vivit Dinarini) bisa bertemu, guna menyamakan pandangan menyikapi fenomena politik uang.
“Kita sih berharap nggak ada politik uang, tapi sulit di tengah masyarakat yang permisif. Yang kita takutkan jor-joran, ini yang harus dicegah. Waktu saya ketemu dengan pak Atna ketika silaturahim ke rumah, ya saya sampaikan kuncinya pak Atna dan pak Harno bisa rembug-rembug, bagaimana baiknya, sepakat terukur dan terkendali,” pungkasnya.
- Ketua Golkar Banjarnegara : Kekalahan Bugar-Fahmi Sebuah Realita dan Harus Diterima
- Pilkada Banjarnegara Final, Partai Hanura Ungkap Tak Ada Lagi Musuh atau Lawan
- Gelapkan BPKB dan Gunakan Dana Desa, Kades di Rembang Ditahan Polisi