Sampai kemarin malam, siapa cawapres Jokowi masih samar-samar. Belum seterang bulan purnama. Namun dari bocoran yang diungkap Ketum PPP "Romy" Romahurmuziy, cawapres yang akan dipilih sepertinya dari kalangan Nahdliyin. Orang NU dipilih untuk melawan stigma anti-Islam terhadap Jokowi.
- Mikail Baswedan Blusukan Bersama Ekspedisi Perubahan, Mendengar dan Menyerap Aspirasi Warga
- Jelang Kampanye Terbuka, Bawaslu-Polres Salatiga Imbau Tak Ada Konvoi Motor Knalpot Brong
- Anggota DPRD Salatiga Yang Baru Disoraki
Baca Juga
Dari pagi sampai sore, kemarin, muncul beberapa "clue" tentang siapa cawapres yang akan dipilih Jokowi. Tapi semua petunjuk belum ada yang spesifik mengarah ke satu orang. Masih bersifat umum. Petunjuk pertama muncul pagi-pagi dari cuitan Romy di akun Twitternya @Romahurmuziy. Dia memberi empat petunjuk soal siapa cawapres Jokowi. Pertama, cawapres Jokowi akan mengikuti pola nasionalis-religius. Kedua, mewakili ormas Islam terbesar di Indonesia. Ketiga, punya pengalaman luas di segala ranah pemerintahan. Dan terakhir, sudah malang-melintang dalam aneka jabatan publik sejak reformasi.
Dia menegaskan, sosok cawapres ini tidak akan keluar dari 10 nama yang pernah diungkapnya berkali-kali. "Siapa hayo...selamat menebak," cuit Romy. Dia menyebut cawapres berinisial "M". Tapi "M" juga artinya bisa Mas atau Mbak.
Bocoran dari Romy ini jadi tebak-tebakan dari kalangan elite hingga rakyat biasa. Meski begitu, Romy bilang, sebelum mengumumkan cawapres, Jokowi akan melakukan pertemuan dengan para ketum parpol di Istana Merdeka. Namun, sampai tadi malam, tak ada satu pun ketum parpol yang muncul di Istana. Yang terlihat hanya Ketum MUI KH Ma'ruf Amin.
Presiden Jokowi menghadiri dua agenda, kemarin. Pagi-pagi, eks Walikota Solo ini geser ke Kantor Bupati Bogor membuka Pendidikan Kader Ulama (PKU) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jokowi didampingi Romy.
Di acara itu, Jokowi menjawab cibiran dan sindiran yang menyebutnya tidak pro islam. Dia mengungkit lahirnya Keppres Nomor 22 Tahun 2015 yang dikeluarkan 22 Oktober 2015. Keppres diteken Jokowi sebagai Hari Santri Nasional. "Jangan sampai ada suara Presiden Jokowi tidak pro Islam. Yang buat Perpres Hari Santri Nasional tuh siapa? Masak sudah kayak gitu dibilang tidak pro Islam," kata Jokowi.
Dia menegaskan, tudingan tersebut tidak benar dan tak berdasar. Jokowi menyebut dirinya muslim taat dan hampir setiap pekan mengunjungi pesantren. Bersama dengan imam besar masjid istiqlal ataupun kiai Ma'ruf Amin. "Ada lagi Presiden Jokowi tidak pro Islam. Bagaimana? Saya tuh muslim, tiap minggu, hampir tiap bulan dengan Pak Kiai Ma"ruf Amin ke mana-mana. Dengan Imam besar masjid istiqlal Prof Nasaruddin Umar juga ke mana-mana. Hampir tiap minggu saya masuk ke ponpes," ujarnya.
Tidak hanya itu, dia juga menjelaskan sedang melakukan mengembangkan ekonomi umat. Dengan cara membuka 40 bank mikro wakaf di Pesantren di Indonesia. "Kemitraan seperti ini yang akan memperbaiki ekonomi umat kita. Tanpa pendekatan-pendekatan ekonomi seperti itu, gap antara kaya dan miskin semakin lebar," jelasnya.
Di hadapan ulama, Jokowi meminta peran ulama untuk menekan ujaran kebencian dan fitnah di masyarakat. Dia prihatin banyaknya ujaran kebencian dan fitnah serta hoax yang bertebaran di dunia maya. Termasuk yang menyasar kepada dirinya dan memfitnah sebagai kader PKI.
Jokowi mengaku pernah ditanya seorang pimpinan pondok pesantren yang ingin mengklarifikasi kabar tersebut. "Saya setiap minggu ke pondok pesantren, suatu saat pimpinan pondok pesantren berbisik kepada saya, beliau bilang ingin bicara empat mata dengan saya, saya langsung nebak pasti ditanya soal PKI," ucap Jokowi diikuti tawa peserta yang hadir. "Dan ternyata benar beliau tanya apakah benar isu saya PKI, lalu saya jawab bahwa saya lahir tahun 1961, PKI dibubarkan 1965, apa ada balita jadi PKI, lalu beliau baru percaya pada saya," cerita Jokowi yang mengenakan batik coklat dan kopiah hitam.
Jokowi menyayangkan kabar seperti itu dilahap mentah-mentah dan dipercaya begitu saja oleh masyarakat. Padahal masyarakat bisa verifikasi. "Gampang sekali, bisa tanya ke orang tua saya, masjid dekat rumah saya di Solo dan di Solo berdiri kantor-kantor organisasi Islam nasional. Sekarang tidak ada yang bisa ditutupi," katanya.
Beres di acara MUI, sorenya Jokowi memberi bocoran siapa cawapresnya. Dia bilang, cawapresnya berinisial "M". Ma'fruf Amin? Apa M Jusuf Kalla? tanya wartawan. Mendengar itu, Jokowi hanya tersenyum. Dia membenarkan dua nama yang disebut itu punya inisial "M". Tapi, kata Jokowi, "M" juga artinya bisa Mbak Puan atau Mas Airlangga. "(dua-duanya) juga pakai M," katanya.
Terpisah, kemarin sore, elite PBNU ngumpul di markas PBNU, Jalan Kramat, Jakarta. Hadir antara lain Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin, Ketum PBNU Said Aqil Siradj, Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU Robikin Emhas. Hadir juga Ketum PKB Muhaimin Iskandar. Ba'da Maghrib rapat usai. Said Aqil menegaskan, Mahfud MD yang disebut bakal jadi cawapres Jokowi tidak merepresentasikan NU. Pasalnya, Mahfud belum pernah menjadi kader NU. Walaupun background keluarganya NU, secara kultural NU, "Tapi belum pernah jadi aktivis NU," kata Said.
Senada disampaikan Ketua PBNU Robikin Emhas. Dia mengancam jika Jokowi tidak memilih kader NU maka warga Nahdliyin tidak memiliki tanggung jawab moral untuk ikut mensukseskannya. "Itu pesannya," kata Robikin, usai rapat.
Terkait cawapres Jokowi berinisial M, Maruf Amin tak mau komentar banyak. Bagaimana kalau cawapres Jokowi bukan dari kalangan NU? "Wabillahi taufiq wal hidayah...," kata Ma'ruf. Artinya selesai? Ma'ruf tak menanggapi. Dia akan mengikuti keputusan yang sudah dibuat PBNU.
Pengamat politik Universitas Parahyangan Prof Asep Warlan Yusuf mengatakan, cawapres sebaiknya yang bisa menambal kekurangan Jokowi saat ini. Apa itu? Sejak Pilkada DKI sudah terbangun sentimen Jokowi bersebrangan dengan umat Islam. Sentimen ini terbangun antara lain dalam kasus Ahok dan makin kencang setelah mengeluarkan Perppu pembubaran ormas. Untuk menghilangkan sentimen tersebut tak cukup komunikasi dengan para kiai seperti yang sudah dilakukan. Tapi juga dengan memilih cawapres.
Dengan cawapres dari kalangan umat menunjukkan wujud keberpihakan Jokowi kepada Islam. "Siapa pun pemimpin di negeri ini harus dekat dengan umat Islam yang jadi mayoritas karena akan sangat berkepentingan," kata Asep. **
- Ganjar Didampingi Ketua TPN Arsjad Rasjid Nyoblos di TPS 11
- Bakesbangpol Demak Gandeng FKDM Lakukan Monitoring Pilkades 2023
- Sekretaris Gerindra Daftar Cawabup Lewat Partai Demokrat