Semarang - Jumlah pemudik pada Lebaran 2025 ini tidak semasif yang diperkirakan. Padahal jumlah hari libur kerja bertambah terlebih karena ada dua hari raya keagamaan yang berlangsung berdekatan sekaligus ada liburan sekolah. Kebijakan pemerintah agar ASN melakukan Work from Anywhere (WFA) juga seharusnya berpengaruh. Secara teoritis seharusnya angka mudik adalah masif.
- Terpeleset Masuk Sumur, Lansia Di Mrebet Ditemukan Tak Bernyawa
- Potong Tumpeng, Bupati Yuli Hastuti Tandai Peringatan Hari Kartini Ke-146
- Tazkiyyatul: Semoga Kita Bisa Berkontribusi Pada Negara
Baca Juga
Salah satu kota yang sering dijadikan barometer mudik adalah Yogyakarta sebagai daerah tujuan pemudik. Ditengarai pada Liburan Lebaran ini, mobil-mobil plat non-AB (plat Daerah Istimewa Yogyakarta) hanya berjumlah sedikit di kota tersebut.
Terdapat juga testimoni pemudik yang membawa kendaraan pribadi saat melakukan perjalanan pada H-2 sampai H-1. Mereka melewati Tol Transjawa dari arah Jawa Timur menyatakan kondisi sangat lancar. Sementara kendaraan yang mengarah ke Jawa Timur pun tergolong sepi.
Ki Darmaningtyas yang merupakan peneliti pada INSTRAN (Inisiatif Strategis Untuk Transportasi) memberikan datanya melalui press release yang diberikannya kepada RMOLJawaTengah, Kamis (04/04).
- Data PT Jasa Marga (Pesero) yang dihimpun dari Pintu Tol Ciawi 1, Cikampek Utama 1, Kalihurip Utama 1 (Jawa Barat), dan Cikupa antara H-5 sampai H-1 antara arus mudik 2024 dengan 2025 menunjukkan adanya penurunan selama kurun waktu H-5 sampai H-1. Pada arus mudik 2024 ada 1.045.330 unit kendaraan, sedangkan pada arus mudik 2025 terdapat 1.004.348 kendaraan; atau turun sebanyak 40.982 kendaraan;
- Puncak arus mudik tetap ada pada H-3, yaitu sebanyak 231.511 (2024) menjadi 255.027 kendaraan. Kebijakan WFA sepertinya tidak berpengaruh signifikan. Yang ada pengaruh sepertinya libur lebih awal, hal itu terlihat dari pergerakan pada H-10 dan H-9 yang meningkat cukup signifikan, yaitu dari 93.568 unit (H-10, 2024) menjadi 161.893 (H-10, 2025) dan dari 116.579 unit (H-9, 2024) menjadi 166.948 unit (H-9, 2025);
- Penurunan jumlah kendaraan terjadi di Pelabuhan Merak, Banten yang menghubungkan ke wilayah Sumatra. Berdasarkan hasil monitoring PT ASDP (Pesero) untuk kurun waktu H-10 (21/03) sampai H (31/03), bila pada mudik Lebaran 2024 terdapat 225.637 kendaraan roda empat yang menyeberang dari Pelabuhan Merak menjadi 225.400 pada arus mudik 2025 ini atau turun 0,1%;
- Jumlah penumpang naik 3%, dari 859.521 (2024) menjadi 885.828 (2025).
Menurut Ki Darmaningtyas dari data di atas dapat diambil kesimpulan beberapa faktor yang membuat angka mudik tidak sebesar yang diperkirakan:
- ASN yang lebih memilih untuk tinggal di kota tempat mereka bekerja demi penghematan. Kebijakan efisiensi dan refocusing Anggaran Negara membuat mereka tidak mendapatkan tambahan penghasilan, baik dari perjalanan dinas ataupun kegiatan seremonial, dan konsultansi. Maka mereka memilih untuk memprioritaskan penggunaan uang bagi cicilan rumah dan mobil, serta berbagai kebutuhan dalam memelihara keluarga yang memerlukan banyak biaya;
- Pegawai swasta yang memilih untuk tidak mudik karena bersiap menghadapi kondisi perusahaan tempat bekerja yang tidak pasti. Fakta pemutusan hubungan kerja oleh berbagai perusahaan merupakan hal yang mempengaruhi keputusan untuk tidak mudik;
- Kondisi perhotelan dan tempat hiburan yang sepi akibat efisiensi Anggaran Negara menyebabkan penurunan pendapatan akibat menurunnya kegiatan pemerintah yang biasa menggunakan fasilitas tersebut. Dengan demikian kesejahteraan karyawan juga menurun dan mereka memutuskan tidak mudik;
- Kondisi cuaca ekstrem yang merupakan faktor yang tidak bisa dianggap sepele. Jawa mengalami bencana hidrometeorologi yang membuat perjalanan pergi pulang menjadi penuh resiko. Para pemudik lanjut usia tidak ingin mengambil resiko untuk bepergian dalam kondisi cuaca esktrem;
- Persiapan mudik Lebaran yang berlebihan akibat mengacu pada hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan yang memberikan angka 146 juta potensi pemudik Lebaran. Kebijakan ini tidak memperhitungkan evaluasi lapangan pelaksanaan mudik Lebaran 2024 dan kondisi sosial ekonomi masyarakat;
- Kebijakan yang keliru mengenai pelarangan lalu-lalangnya truk sumbu tiga selama 16 hari dan karenanya menurunkan kinerja ekonomi nasional. Para pengusaha dan awak truk akhirnya kehilangan sumber pendapatan sepanjang rentang waktu pelarangan dan akibatnya mereka juga tidak bisa mudik;
- Kebijakan yang keliru yakni pengulangan kebijakan Nataru 2024 dimana para pemilik mobil pribadi mengalami kenyamanan, sementara truk dialihkan ke pelabuhan lain sejak 24 Maret 2025. Pelabuhan Merak lengang, sebaliknya Pelabuhan BBJ (Bandar Bakau Jaya) Bojonegara Banten, yang dikhususkan bagi truk angkutan barang dan distribusi, mengalami macet dan antrian truk mengular 1,2 kilometer selama berjam-jam. Hal ini jelas membuat para pengangkut (transporter) PT ASDP dan Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gaspadap) gigit jari dalam menghadapi potensi lonjakan barang dan jasa.
Bagi kemashalatan bersama, Ki Darmaningtyas selanjutnya berharap kesalahan seperti di atas tidak terulang lagi di masa mendatang. Dan para pengambil kebijakan dapat terhindar dari melakukan kesalahan sejenis apabila mau mendengarkan suara dari para stakeholders dan tidak menggantungkan diri dari naluri belaka.
- NGOPI Berhasil Kuak Rahasia Kecantikan Bersama Dr. Ratih Nuryanti
- Tim Dinparta Dan Satpol PP Serbu Pujasera Demak
- Pedagang Rod As Kadilangu Serbu Jepara Dan Berkolaborasi Emas Dengan Dinparta Demak