Sistem akuntasi dan pembukuan koperasi milik pondok pesantren (Ponpes) di Kabupaten Kudus mayoritas masih dilakukan secara manual melalui buku fisik dan memakai microsoft office. Atas kondisi itu memantik keperihatinan dari Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang.
- SMK Islam Sudirman Juara I Lomba Flashmob Jingle Pemilu 2024 KPU Kabupaten Magelang
- Kepiawaian Pelajar SMK Negeri 2 Wonogiri Di Bidang Seni
- Literasi Budaya Penting bagi Jurnalis untuk Pelestarian dan Penguatan Identitas Bangsa
Baca Juga
Menyikapi hal itu, Duta Digital Kabupaten Kudus bersama Unwahas mengajarkan sistem pembukuan secara terintegrasi melalui aplikasi. Mereka menggelar pelatihan dan pendampingan sistem akuntansi berbasis open source, dengan menyasar koperasi Ponpes di Kota Kretek.
“Agenda pelatihan ini untuk memberdayakan koperasi pondok pesantren agar tersentuh digitalisasi,” ujar Koordinator Duta Digital Kementerian Desa di Kabupaten Kudus, M Yusrul Niam Aulamuna di sela pelatihan bertempat di rumah makan di Kelurahan Purwosari Kudus, Kamis (15/8).
Menurut Yusrul Niam, pelatihan kali ini diikuti 40 peserta dari pengurus 30 pondok pesantren yang ada di 9 kecamatan di wilayah Kudus.
“Rata-rata pondok pesantren itu sudah memiliki koperasi, sehingga nanti harapannya sistem akuntasi di koperasi itu bisa tertata, baik itu secara manajemen dan administrasi,” terang Niam.
Dari pengamatan di lapangan, kata Yusrul, sistem akuntasi atau pembukuan di koperasi milik pondok pesantren masih dilakukan secara manual, yakni melalui buku fisik maupun memakai microsoft office.
“Kehadiran Duta Digital bersama Unwahas ini mengajarkan sistem pembukuan secara terintegrasi melalui aplikasi. Harapannya nanti bisa berkembang dan bisa ditularkan ke lembaga lain, seperti di sekolah atau lembaga pendidikan sekolah,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Unwahas, Arif Hidayat menambahkan, sistem akuntansi yang diajarkan kali ini berbasis open source. “Aplikasi ini bisa diakses secara gratis tanpa harus terhubung dengan jaringan internet,” sebut Arif.
Menurut Arif yang juga Dosen Teknik Informatika Unwahas Semarang, penerapan sistem Akuntansi itu berbasis coding, namun secara open source artinya secara gratis.
“Sehingga mereka (pengguna) tidak perlu membayar lagi untuk instalasi dan penggunaannya. Semacam software yang bisa digunakan gratis dan bukan bajakan,” katanya.
Arif menjelaskan, sistem akuntasi open source memiliki kelebihan lain. Dimana seluruh data yang ada terintegrasi dan tidak akan terpisah-pisah. “Aplikasi ini juga bisa diakses dengan maksimal, mulai dari mengolah data, pencatatan, transaksi hingga pelaporan,” imbuhnya.
Arif mengaku memilih sistem akuntansi berbasis open source, supaya para pengelola pondok pesantren bisa mengelola pembukuan di koperasinya agar terolah secara digital, transparansi dan akuntabilitas.
- 50.828 Buruh Rokok di Kudus Diguyur Duit Rp600 Ribu
- Polres Blora Tangkap 3 Pelaku Curanmor di Kudus
- Rangsangan Bonus Bukan Jaminan Ciptakan Atlet Berprestasi