Anggota Komisi XI DPR Hendrawan Supratikno kaget saat tahu Amin Santono, koleganya di Komisi XI, dicokok KPK atas dugaan korupsi. Dia merasa, ditangkapnya politisi Partai Demokrat itu sebagai kasus yang aneh.
- Ganjar Targetkan Minimal 70 Persen Suara di Yogyakarta
- Perekonomian Membaik, Indonesia Butuh Generasi kompetitif dan Berjiwa Entrepreneur
- Koalisi Enam Besar Parpol Mengerucut Pada Nama Penguasa Pura Mangkunegara Untuk Pilwakot Solo
Baca Juga
Hendrawan, yang merupakan politisi senior PDIP, cukup akrab dengan Amin. Keduanya termasuk anggota Dewan yang rajin mengikuti rapat-rapat di DPR.
Memang (Amin Santono) itu teman kami di Komisi XI. Kami prihatin dan sedih dengan kejadian ini karena Pak Amin ini dikenal cukup rajin di Komisi XI meski tidak terlalu bersuara di rapat-rapat. Bicara kalau perlu, walau lebih banyak diamnya," kata Hendrawan seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL
Hendrawan menganggap Amin sebagai salah satu politisi senior di DPR. Senior karena yang bersangkutan telah menjadi anggota DPR selama tiga periode atau kurang lebih hampir 14 tahun. Hendrawan cukup shock dengan dicokoknya Amin, terlebih sepengetahuannya, istri Amin sedang mengalami sakit keras.
Kami semua (Anggota Komisi XI) terkejut. Bahkan ketika diumumkan KPK bahwa ada anggota DPR kena OTT (Operasi Tangkap Tangan) kami di Komisi XI saling cek dan tidak percaya. Apalagi yang kami dengar istrinya sedang sakit. Kami sampaikan prihatin atas peristiwa ini," katanya.
Hendrawan menganggap, OTT terhadap Amin cukup aneh. Aneh karena masih sempat-sempatnya bermain anggaran. Padahal, saat ini ada era keterbukaan. Semua serba transparan.
Kalau boleh dikatakan, dari sisi ilmu saya, itu agak aneh. Kami terkejut dan tidak menyangka sama sekali. Apa mungkin karena saya sendiri lebih banyak di Baleg (Badan Legislasi), lebih sering urus legislasi ketimbang anggaran. Saya kan Anggota Baleg sehingga permainan anggaran bagi kami itu agak aneh," katanya.
Dia menduga, kasus Amin terjadi karena yang bersangkutan dianggap sebagai orang yang akomodatif oleh mitra kerja maupun swasta. Mereka kemudian memanfaatkan sikap Amin itu untuk meloloskan proyek tertentu.
"Pak Amin ini kan orangnya tidak meledak-ledak, orangnya kooperatif. Tapi karena sifat kooperatifnya ini dimanfaatkan orang dalam alokasi anggaran. Kami berduka setiap kali ada teman seperti ini. Kami tidak bisa menertawakan di balik duka ini," ucapnya.
Dia pun berharap, kasus OTT ini tidak hanya jadi pelajaran bagi Amin seorang, tapi juga bagi semua anggota Dewan, dan para pejabat lainnya. Semuanya harus komitmen dan benar-benar menjunjung tata kelola pemerintahan yang baik dalam mencegah korupsi.
Seperti sudah ramai diberitakan sebelumnya, Amin ditangkap KPK dalam dugaan penerimaan suap terkait penerimaan hadiah atau janji Dana Perimbangan Keuangan Daerah pada Rancangan APBN-P 2018 pada Jumat malam, pekan lalu. Setelah ditangkap KPK, Amin langsung dipecat oleh Partai Demokrat.
- Masih Main Mata, Nasdem Tak Serius Capreskan Jokowi
- Perdana Gelar Safari Politik, DPD PKS Bersilaturahmi dengan PDIP Solo
- Dukung Anies Baswedan Presiden, Puluhan Warga Sukoharjo Deklarasikan Sobat Anies