Citra 'Gemoy' yang disematkan pada Calon Presiden, Prabowo Subianto menjadi brand di kalangan milenial dan generasi Z (Gen Z). Sebutan itu dinilai menjadi bentuk kekaguman anak muda pada Capres nomor urut 2 itu.
- Ingat Masa Kecil, Rizal Bawazier Adakan Khitanan Massal Untuk 50 Anak Pekalongan
- Warga Binaan Lapas Purwodadi Antusias Berikan Hak Suara Pemilu 2024
- Menguat: Dorongan Calon Bupati (Cabup) Jepara 2024 Dari Internal PDI Perjuangan
Baca Juga
Kata gemoy sendiri merupakan bahasa kekinian untuk menggantikan kata ‘gemas’. Istilah Gemoy disematkan netizen Indonesia saat melihat Prabowo berjoget ala penari hingga kemudian gaya joget Prabowo disebut sebagai ‘joget gemoy'.
"Istilah ini lahir secara organik dari kalangan para pemilih muda kepada Prabowo. Generasi muda tertarik dengan gaya kepemimpinan ketua umum Partai Gerindra itu yang dianggap memiliki jiwa pemaaf dan menjadi sosok yang merangkul semua kalangan," kata Analis politik dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Toto Izul Fatah, Senin (27/11).
Ia menilai, kalangan Milenial dan Gen Z menilai sosok Prabowo merupakan pribadi yang tidak pendendam kepada orang-orang yang mengkhianatinya menunjukkan ketulusannya.
"Prabowo tampak lebih tulus berjuang. Dia tidak pernah menyerang,” kata Toto.
Ketulusan Prabowo itu juga terlihat dari berbagai serangan negatif hingga dirinya difitnah oleh lawan politiknya tidak membuat Prabowo marah atau melawan. Hal ini membuat kecintaan kelompok milenial dan Gen Z terus meningkat kepadanya.
“Saat diserang, dia (Prabowo, red) lebih memilih diam ketimbang melayani serangan, termasuk fitnah," ucapnya.
Diungkapkan Direktur eksekutif Citra Komunikasi LSI itu, sikap Prabowo Subianto yang terus tenang dan tidak membalas fitnah orang ini mengindikasikan dirinya sedang menerapkan jurus komunikasi profetik.
"Dari sisi ini, saya melihat Prabowo itu sebenarnya sedang mengamalkan jurus komunikasi profetik,” jelasnya.
Dijelaskan Toto, sifat tidak pendendam dan ‘joget gemoy’ ini memunculkan pesan bahwa Prabowo tidak mempedulikan berbagai serangan negatif, baik hinaan, cacian, maupun fitnah. Hingga spirit nilai-nilai nabi sedang dipraktikkan oleh Prabowo Subianto.
"Ini, kan, jelas pesan moral para nabi kepada umatnya agar kita selalu sabar, kuat, dan tahan menghadapi berbagai bentuk serangan seperti tadi, termasuk dalam konteks pertarungan politik," jelasnya.
Lebih jauh Toto mengatakan kebiasaan Prabowo Subianto berjoget gemoy juga menunjukkan kecerdasan Prabowo dalam menanggapi serangan.
Buktinya, tagar ‘gemoy’ berkali-kali menjadi trending di media sosial sehingga melambungkan popularitas Prabowo. Istilah ‘gemoy’ yang banyak dipakai kalangan anak muda pun membuat Prabowo memiliki tempat di pemilih milenial maupun generasi (gen) Z.
“Efek positifnya sangat potensial punya tempat di segmen anak muda, khususnya anak muda berkategori gen Z yang jumlahnya makin besar,” ujarnya.
Peneliti senior di LSI Denny JA itu juga merujuk pada hasil survei lembaganya. Menurut Toto, saat ini publik memiliki pandangan yang berbeda tentang Prabowo dibandingkan pada Pilpres 2019.
Saat ini Prabowo dianggap sebagai sosok yang lebih suka bercanda, humanis, tidak emosional, dan tidak gampang terpancing.
"Seperti yang terpotret di survei LSI Denny JA, secara karakter personal, Prabowo hari ini dipersepsi sebagai figur strong leader," tutup Toto.
- Masan, Ambil Formulir Cabup di PPP Kudus
- Bawaslu Jateng Ingatkan Semua Pihak Untuk Jaga Netralitas ASN Saat Pemilu
- Jelang Pilwakot, Ade Bhakti: Tunggu Saja, Sudah Dekat Juga Waktunya