Kemarau, Petani di Tegal 'ndisel'

Petani dibeberapa wilayah di Kabupaten Tegal mengalami kesulitan air untuk mengairi sawahnya, salah satunya di kecamatan Adiwerna, petani mulai Ndisel, yaitu mengairi sawah dengan bantuan disel yang mengambil air dari sumur bor.


Triyono, salah seorang petani cabe yang menggarap lahan cabe seluas 1,5 ha memiliki jurus jitu dalam menghadapi kemarau panjang, yakni dengan mengonversi bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas.

"Saya ubah sistem pembakaran disel dari bensin ke gas untuk memangkas biaya operasional khususnya hal pengairan, karena kalau pakai bensin lebih mahal" ungkap Triyono.

Memakai   gas, kata dia, biayanya lebih irit. Dalam sehari penggunaan disel sekitar 10 jam cukup 1 tabung gas 3 Kg. Sedangkan kalau menggunakan bensin bisa sampai 10 liter.

Perbandingan harag gas 1 tabung Rp. 20.000 bisa menghidupkan disel selama 10 jam, kalau bensin bisa sampai 10 liter total Rp. 124.000.

Memang cukup unik dan patut diapresiasi petani seperti Triyono dengan kemampuan yang dimilikinya bisa mengkonversi bahan bakar minyak menjadi gas, sungguh ide yang sangat bagus dan menginspirasi petani-petani lain di Indonesia.

"Sebagai petani, saya harus putar otak untuk menekan biaya produkai salah satunya hal pengairan, maka dengan mengkonversi bensin ke gas biaya sangat irit" terang Triyono dengan bangga.

Saat ini, Triyono menanam cabe merah kriting dengan harapan bisa mendapat keuntungan yang besar dimasa kemarau seperti ini.

"Mudah-mudahan saat penen nanti harga cabe bisa lebih baik, agar kami para petani mendapatkan keuntungan yang cukup besar,  karena biaya mengairi sawah cukup melelahkan dan menambah biaya modal" harapnya.