Harus ada solusi soal vaksin measless rubella (MR) yang menjadi polemik karena diragukan kehalalannya. Sebab, sudah banyak daerah yang menolak vaksin untuk imunisasi bagi anak usia 9 bulan hingga 15 tahun itu.
- Percepat Terbentuknya Herd Immunity, PDIP Salatiga Gelontorkan 1000 Dosis Vaksin untuk Semua Kelompok Usia
- Kasus Covid-19 Menurun, Pemkot Solo Tutup Ruang Isolasi Terpusat Bagi OTG
- Vaksinator Puskesmas Terus 'Jemput Bola' Warga Untuk Vaksinasi
Baca Juga
Demikian disampaikan Ketua DPR Bambang Soesatyo. Dalam catatan Bambang, gelombang penolakan atas imunisasi MR muncul di Aceh, Riau, Lampung hingga Sulawesi Tenggara.
Pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyebut vaksin MR belum jelas kehalalannya juga memperluas penolakan masyarakat atas imunisasi untuk mencegah campak dan rubella itu.
"Kementerian Kesehatan (Kemenkes) beserta Lembaga Pengkajian Pangan Obat obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM) MUI harus segera melakukan uji laboratorium atas vaksin MR. Tujuannya menjawab keraguan MUI tentang kandungan dalam vaksin MR," ujarnya, Jumat pagi (10/8) seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL
Legislator Partai Golkar itu menambahkan, hal lain yang tak kalah penting adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya imunisasi MR. Menurutnya, Kemenkes dan dinas kesehatan di daerah harus getol mendekati masyarakat.
"Di sinilah pentingnya sosialisasi tentang imunisasi MR bahwa vaksinnya tidak berbahaya dan berguna untuk mencegah terjadinya penyakit campak dan rubella. Jadi Kemenkes dan dinas kesehatan di daerah diharapkan tetap melaksanakan pelayanan imunisasi vaksin MR," demikian Bambang.
- Vaksinasi Anak di Salatiga Sasar 17.040 Anak Usia 6-11 Tahun
- Meski Sudah Beralih ke Endemi, Vaksinasi Tetap Penting Dilakukan
- Kota Semarang Siap Gelar Summit Kota Sehat 2022 Secara Hybrid