- AKBP Ronni Bonic Bikin Gebrakan Berani Awali Tugasnya di Polres Kudus
- Tumbangkan 3 Kandidat Lainnya, KH Asyrofi Duduki Kembali Kursi Ketua PCNU Kudus
- Junjung Tinggi Penegakan Hukum Lewat Keadilan Restoratif
Baca Juga
Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X Kementerian Kebudayaan mengadakan Seminar Intangible Culture Heritage di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, baru-baru ini.
Acara dihadiri oleh dalang asal Tegal sekaligus Ketua Dewan Kebudayaan Kab. Tegal, Ki Haryo Susmono, pengurus harian dewan kebudayaan kabupaten tegal Fathurohman, Syamsul Falah dan Ketua FK. Metra kab. Tegal, Dwi Ariadi
Ki Haryo yang tampil sebagai pembicara dalam paparannya dihadapan peserta seminar menyampaikan bahwa dua jalur seni wayang agar tetap inovatif, yakni kontemporer dan pakem.
"Dua-duanya harus berjalan beriringan, kalau hanya pakem saja realitasnya hanya ditonton generasi tua yang jumlah peminatnya berkurang, tapi dengan inovasi kontemporer seni wayang bisa lintas generasi sampai anak-anak pun suka. Pendekatan kontemporer menjadi pintu pertama generasi muda menjadi suka wayang," terang Haryo
"Bahkan abah Enthus itu sampai membuat sosok wayang mantan Presiden Jokowi yang kemarin saya berikan kepada beliau (Presiden Jokowi) sebagai tokoh negarawan," tambahnya lagi.
Ki Haryo menuturkan bahwa mencontohkan seni wayang kontemporer dapat dimulai dari menampilkan tokoh yang banyak dikenal masyarakat atau menyisihkan cerita yang trending di masyatakat. Dan membuat inovasi yang berkelanjutan dengan gagrak wayang daerah.
"Jadi gagrak wayang itu tidak hanya Jogja dan Solo tetapi juga ada Banyumasan, Tegalan bahkan Cirebonan dan Dermayon,"jelasnya.
Kita mengetahui bahwa Ki Haryo sendiri merupakan anak dari Almarhum Ki Dalang Entus Susmono, mantan Bupati Tegal yang karya-karya melegenda, yang otomatis Haryo kental dengan seni budaya sejak kecil, hingga memiliki cita-cita untuk melanggengkan seni wayang menghadapi gempuran arus teknologi perkembangan jaman salah satunya dengan inovasi berkelanjutan untuk mengaungkan seni wayang dalam pemajuan pelestarian budaya.
"Dalang kudu banyak ilmu, marketing dalang itu tidak hanya di panggung tapi juga di luar panggung, terutama dekat dengan masyarakat," imbuh Haryo
Tak kalah seru dalam presentasi budaya, manuskrip Serat Rambang Danaraja peninggalan Syekh Maulana Maghribi juga dihadirkan oleh Fatkhurohman dan Syamsul Falah.
- Kurniadi Terpilih Lagi, Taekwondo di Karanganyar Akan Lebih Intensif
- Tim Fire Fighter Damkar Kota Semarang Tak Hanya Padamkan Kebakaran
- 14 Tokoh Jateng Terima Penghargaan Tokoh Prestasi Jawa Tengah 2023