Konstelasi dunia yang semakin tinggi tensinya membuat Indonesia berada di pusaran ancaman. Oleh karena itu, pemimpin ke depan dibutuhkan sosok yang memiliki kemampuan detterance effect yang mumpuni.
- Awas, Anies-AHY Strategi Lawan Jegal Prabowo Nyapres
- Seorang Kades Di Kebumen Lapor Bawaslu Tentang Petahana Yang Nyalon
- Mantan Bupati Batang Yakin Prabowo-Gibran Menang Telak di Jateng
Baca Juga
Calon petahana pada Pilpres 2019, Joko Widodo harus memilih orang yang tepat sebagai pendampingnya.
"Dalam hal kewaspadaan dan untuk pentingnya early warning system, Pak Gatot sangat tepat buat dampingi Jokowi," terang Direktur Eksekutif Human Studies Institute, Rasminto kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (9/4).
Menurutnya, selama ini daya tangkal Jokowi masih lemah terhadap gejala tersebut, sehingga perlunya pendamping dari kalangan militer.
Usai peristiwa 4/11 tahun 2016 silam, Jenderal Gatot (saat itu masih Panglima TNI) pernah memaparkan soal kondisi dunia pada tahun 2036.
Gatot menerangkan bahwa dunia di masa tersebut mengalangi krisis energi, pangan dan air. Sehingga sangat mungkin jika negara-negara besar menyorot Indonesia yang berada di garis khatulistiwa.
Hal ini mungkin bisa dikaitkan dengan pidato Prabowo NKRI bubar tahun 2030. Artinya ancaman ke depan sangat tinggi," tegas dia.
Satu hal yang menjadi sorotannya saat ini selain hegemoni AS dan China di Kawasan Asia Pasifik adalah penempatan pasukan marinir Jepang di beberapa daerah.
"Ini untuk pertama kalinya Jepang setelah perang Dunia II. Jelas ancaman yang menyangkut kedaulatan kita bukan main-main ke depannya," tegasnya lagi.
- Gatot Tidak Pernah Masuk Radar Gerindra
- Ketua Golkar Karanganyar Kembalikan Formulir Pendaftaran Bacabup ke Partai Demokrat
- Raih Simpati Warga Jepara, Relawan Witiarso Gelar Aksi Jumat Berkah