Program Wolbachia dari Kementerian Kesehatan untuk menurunkan kasus DBD resmi diujicoba untuk pertama kalinya di Kota Semarang tepatnya di Kecamatan Tembalang.
- 1.300 Anak Usia 12-17 Di Kota Salatiga Mendapatkan Vaksinasi
- Pemprov Jateng dan Komando Armada II Gelar Vaksinasi Anak-anak di Atas Kapal Perang
- Bupati Kendal Canangkan Vaksinasi Ibu Hamil
Baca Juga
Tembalang dijadikan lokasi pilot project karena memiliki kasus DBD tertinggi di Kota Semarang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam mengatakan saat ini di Kota Semarang ada sekitar 200 kasus DBD dan Kecamatan Tembalang menduduki peringkat pertama dengan kasus tertinggi yakni 34 kasus. Sementara kasus demam dengue di Tembalang mencapai 235.
“Hari ini kasus seluruh kota dibandingkan April kasusnya turun, angka kematian turun. Tapi tertinggi masih di Tembalang,” kata Hakam, Selasa (30/5).
Hakam menyebut untuk kasus DBD dan DSS (dengue shock syndrome) memiliki resiko kematian tinggi dan inilah yang harus dihindari.
Salah satu upayanya dengan metode Wolbachia. Ia menyebut Demam Dengue (DD) di Tembalang tidak sebanyak di Kecamatan Banyumanik dan Pedurungan, namun kasus DBD memang paling tinggi di Kecamatan Tembalang termasuk tingkat kematian tertingginya.
Melalui metode Wolbachia ini diharapkan bisa menurunkan kasus DBD. Metode Wolbachia ini memiliki sistem kerja dengan menempatkan ember-ember berisi telur nyamuk yang sudh ber-Wolbachia ditempat-tempat strategis.
Dalam satu ember di isi sekitar 50 telur Wolbachia yang setiap harinya dipantau oleh warga, kader dan tenaga kesehatan yang sengaja ditempatkan dilokasi-lokasi tersebut.
“Kita rekrut 30 nakes yang setiap hari akan memantau telur-telur agar jangan sampai tumpah. Nanti setelah 2 minggu kita cek lagi ada berapa yang sudah terbang,” tuturnya.
Hakam menyebut jika 60 persen dari telur Wolbachia yang dikembangkan dalam satu ember bisa menjadi nyamuk maka metode ini dinyatakan berhasil.
“Jarak antar ember itu per 3 rumah 1 ember. Harapannya nyamuk yang sudah terbang bisa masuk di satu atau dua rumah dari ember tadi,” tuturnya.
Khsuus di Kecamatan Tembalang sebagai pilot project ditempatkan 5.000-7.000 ember dengan total telur sebanyak 2 juta telur.
Telur yang didapat sejauh ini berasal dari Laboratorium di Kota Salatiga. Di Salatiga, Hakam menyebut bisa memproduksi hingga 5 juta telur dalam sehari.
“Kebutuhan telur untuk Tembalang setiap minggu sekitar 2 juta. Nanti kalau produksi telur di Salatiga bisa konsisten maka kita bisa terapkan di Kecamatan lain,” pungkasnya.
- 11 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Sukses Penuhi Target 100 Persen Universal Health Coverage
- Tingkatkan Kepercayaan Pasien, RSWN Buka Layanan Homecare
- Tekan Stunting, Jokowi Tinjau Langsung Puskesmas di Grobogan