Kota Semarang menjadi salah satu wilayah yang mengalami deflasi tertinggi di Jawa Tengah pada bulan Oktober 2022 yakni minus 0,18 persen.
- Banjir Semarang - Kendal, Empat Perjalanan Kereta Api Alami Keterlambatan
- Pelatihan Keterampilan Berdayakan Keterampilan Masyarakat Di Desa
- Budayakan Inovasi di Lingkungan Perusahaan, Semen Gresik Raih Peringkat Excellent di Ajang IQPC 2023, Kuala Lumpur Malaysia
Baca Juga
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang, Fachruddin mengatakan, secara tahunan dari bulan Oktober 2021 hingga Oktober 2022 mengalami inflasi sebesar 5,35 persen. Ia menyebut, jika hal tersebut adalah luar bisa karena Kota Semarang menjadi terendah di Jawa Tengah.
Ia menyebutkan, Kota Semarang menjadi kota penimbang karena memiliki komoditas paling lengkap di antara kota lain di Jawa Tengah.
"Kota Semarang jadi yang paling terendah di Jawa Tengah dibanding Kota Cilacap, Tegal, Kudus dan Surakarta,” kata Fachruddin saat ditemui RMOLJateng, Selasa (1/11).
Fachruddin menyebut jika saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) nantinya berpotensi akan ada kenaikan inflasi karena adanya tingginya permintaan terhadap barang dan jasa. Ia mengatakan jika inflasi mengalami kenaikan maka tingkat belanja masyarakat akan rendah.
"Jadi jika supply banyak, demand sedikit maka akan turun harga atau deflasi. Nah di Semarang ini yang membuat deflasi adalah harga cabe yang turun,” bebernya.
Terkait dengan pertumbuhan ekonomi, ketika inflasi tinggi maka daya beli akan turun. Hal inilah yang menjadi salah satu komponen pertumbuhan ekonomi, yakni pengeluaran rumah tangga yang menurun ketika harga meningkat.
"Salah satu komponen pertumbuhan ekonomi adalah pengeluaran rumah tangga, brarti jika mendapatkan uang untuk dibelanjakan dan ini akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.