Kota Semarang Saat Ini Memiliki 106 Kampung Iklim

Penyerahan penghargaan dan apresiasi Proklim, di GOR Merah, Jalan Bukit Beringin Ngaliyan, Kamis (21/9). RMOL Jateng
Penyerahan penghargaan dan apresiasi Proklim, di GOR Merah, Jalan Bukit Beringin Ngaliyan, Kamis (21/9). RMOL Jateng

Kota Semarang memiliki 106 kampung iklim merujuk keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).


Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Bambang Suranggono mengatakan, saat ini mulai memperbanyak program kampung iklim (proklim) sebagai bentuk adaptasi mitigasi perubahan iklim terjadi cukup cepat. 

"Tanaman-tanaman yang mati menyebabkan sumber air berkurang. Mereka menyiram tanaman yang mati," kata Bambang usai penyerahan penghargaan dan apresiasi Proklim, di GOR Merah, Jalan Bukit Beringin Ngaliyan, Kamis (21/9).

Kegiatan proklim berupa adaptasi perubahan iklim ini meliputi penanaman pohon peneduh, tanaman keras hingga pohon buah-buahan. Bagi warga mengalami kekurangan sumber air maka harus mencari solusi agar kebutuhan air tetap terpenuhi.

Bambang menerangkan, tidak hanya adaptasi saja dilakukan tapi mitigasi bersifat pencegahan juga harus dilakukan.

Dari 106 kampung iklim, DLH telah mendaftarkan 89 kampung iklim ke proklim utama dan delapan kampung terseleksi. Lima diantaranya lulus pemeringkatan utama yaitu Gondoriyo, Karangturi, Pudak Payung, Wates dan Tambakrejo

"Di Semarang, ada satu yang sudah lestari, lebih tinggi dari utama yaitu Pedalangan," tuturnya. 

Bambang berharap, adanya adaptasi dan mitigasi ini maka akan menambah oksigen dan mengurangi polusi di Kota Semarang. Ia mencontohkan suhu udara di Gunungpati atau Mijen sangat jauh berbeda dengan di Semarang Timur dalam sama. Di Mijen, indeks kualitas udara masih dalam rata-rata 42. Sedangkan, di wilayah Semarang bawah bisa mencapai 57 bahkan 80. 

"Makanya, dari sisi Dinas Kesehatan kalau di Semarang bawah dianggap perlu perhatian, utamanya bagi orang yang rawan ISPA. Maka, kami dorong terus untuk menambah tanaman," ungkapnya. 

Menururnya, tidak menutup kemungkinan program kampung iklim bisa diterapkan di Semarang bawah. Dia mencontohkan, Tambakrejo menjadi proklim kategori utama. Warga disana mampu melakukan adaptasi dengan sangat bagus. 

"Mereka membangun taman toga, tabulapot, dan berbagai macam tanaman. Ada 800 jenis tanaman," bebernya. 

Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan dampak dari El Nino ini diharapkan tidak menimbulkan dampak luar biasa di Semarang.

Wali Kota Ita, sapaan akrabnya, akan memastikan untuk kebutuhan air bersih bisa terpenuhi. Bahkan ia memastikan stok air bersih di Kota Semarang aman hingga Desember nanti.

"Hanya ada titik di Tembalang, rowosari, Meteseh berkurang 5-10 persen. Gondoriyo nanti dibantu pamsimas. Ini bisa menjadikan salah satu jalan keluar untuk kebutuhan air," tandasnya.