Buntut Demo Mahasiswa UIN Salatiga, Rektor Akui Terduga Pelaku Masih Ada Dilingkungan Kampus

Poster-poster bernama kecamatan terhadap kejahatan seksualitas di lingkungan kampus masih terpampang jelas di lingkungan kampus 3 UIN Salatiga, Kamis (21/9). RMOL Jateng
Poster-poster bernama kecamatan terhadap kejahatan seksualitas di lingkungan kampus masih terpampang jelas di lingkungan kampus 3 UIN Salatiga, Kamis (21/9). RMOL Jateng

Buntut demo mahasiswa atas peristiwa dugaan kejahatan seksual di dalam kampus, Rektor Universitas Islam Negeri Salatiga Prof. Zakiyuddin Baidhawy akhirnya angkat bicara.


Prof. Zakiyuddin mengungkapkan jika terduga pelaku kejahatan seksual di Kampus UIN, Salatiga masih ada dan mengajar.

"Menurut ketua prodinya terduga pelaku ya masih ada di sini (masih mengajar)," kata Prof. Zakiyuddin ditemui di Ruang Rektor, Kamis (21/9).

Rektor Universitas Islam Negeri Salatiga, Prof. Zakiyuddin Baidhawy. RMOL Jateng

Meski dirinya belum dapat membeberkan secara menyeluruh karena belum sepenuhnya memahami persoalan, Rektor menegaskan pihaknya masih perlu melakukan pendekatan dengan hati-hati.

Dalam hal ini, pihaknya menerapkan praduga tidak bersalah patut dikedepankan sehingga belum bisa melangkah lebih jauh. Pihaknya memastikan akan membentuk tim investigasi.

"Terkait dengan sanksi kan tergantung pada apa istilahnya jenis pelanggarannya. Sampai sejauh mana dan kami juga tidak bisa berdiri sendiri karena nanti kalau ada memang terkait ada persoalan. Kita juga harus bekerja sama dengan Inspektorat yang akan memberikan penilaian terhadap hasil investasi investigasi dan sebagainya," pungkasnya. 

Namun demikian, aku dia, kejadian ini ada unsur ingin menjatuhkan karakter orang lain sehingga menbuat pengakuan yang tidak benar dan merugikan.

"Ibaratnya kami kalau dalam dunia riset itu perlu trianggulasi, perlu juga mengkonfirmasi kepada korban dan macam-macam kayak investigasi ya. Kita sesuai dengan permohonan mahasiswa selambat-lambatnya satu bulan sejak hari ini setelah dibentuknya tim investigasi," tandasnya.

Dia menandaskan, pimpinan rektorat beserta seluruh jajaran petinggi UIN memiliki komitmen yang sama dengan mahasiswa peserta demo.

Mengingat, UIN sejak tahun 2021 sudah mengeluarkan peraturan rektor terkait dengan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di dalam kampus.

"Jadi kalau menurut saya, apa yang disampaikan oleh para mahasiswa itu justru mengukuhkan apa yang sudah menjadi konsen UIN," imbuhnya.

Sementara, Ketua PMII Fahkrul Roji menyebutkan, jika pertemuan di dalam ruangan tertutup usai berunjuk rasa hanya bentuk silaturahmi.

"Ini forum silahturahmi kami dengan Pak Rektor, sebagai bentuk kepedulian kami terhadap UIN Salatiga. Karena bagaimanapun, kami sebagai PMII Salatiga mayoritas anggotanya adalah sahabat-sahabat dari UIN Salatiga memiliki upaya preventif memberikan semangat kepada kepada para mahasiswa untuk tetap merasa nyaman belajar di UIN Salatiga," terang Fahkrul Roji.

Ia pun menyebutkan, jika kondisi belakangan mahasiswa tidak nyaman karena adanya adanya pemberitaan-pemberitaan (kejahatan seksual dilakukan oknum dosen UIN Salatiga.

"Kami mendorong kepada Rektorat UIN memerangi kejahatan seksualitas di kampus. Untuk itu kami berkomitmen bersama-sama menjaga kondusifitas, menjaga rasa aman dan nyaman bagi mahasiswa UIN Salatiga," pungkasnya.

Usia pertemuan, para pedemo di lantai 3 Kampus  3 UIN Salatiga kembali berorasi menggelar dan beryanyi serta mendesak agar dugaan peristiwa kejahatan seksual dilakukan seorang oknum dosen diusut secara terang benderang.

Ratusan mahasiswa dari tiga kampus UIN itu dikoordinir Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PPMII) sambil mengenakan pita kuning dilengan kiri para mahasiswa pengunjung rasa.

Sedangkan poster-poster bernama kecamatan terhadap kejahatan seksualitas di lingkungan kampus masih terpampang jelas di lingkungan kampus 3 UIN Salatiga.