KPK Emosi Tangkapannya Di Sukamiskin Dituding Ecek-ecek

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif emosi operasi tangkap tangan (OTT) di Lapas Sukamiskin yang dilakukan Jumat (21/7) dibilang ecek-ecek. Dia menyebut si pengkritik dengan istilah zaman now; gagal paham.


Taufiqulhadi, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Nasdem bilang, apa yang dilakukan KPK di Lapas Sukamiskin aksi ecek-ecek atau biasa saja, tidak istimewa. "Itu OTT ecek-ecek," ujarnya, kemarin.

Apa alasan Taufiqulhadi menyebut OTT KPK kali ini ecek-ecek? Pertama, nominal uang yang disita terbilang kecil, ratusan juta rupiah. Selain itu, dia menyebut kasus ini hanya mencari sensasi agar terlihat lucu di mata publik. "OTT hanya Rp 100 juta. OTT yang adillah. Di situ ada korupsi atau tidak? Di situ kan cuma ada sejumlah kegiatan jual-beli sel yang kemudian di dalam kamar itu ditemukan uang Rp 100 juta mungkin. Itu kan nggak ada relevansinya sama sekali," katanya.

"Jadi hanya sekadar membuat sensasi saja. Kita itu Komisi III tidak memberikan anggaran KPK untuk hal yang ecek-ecek seperti itu, hanya untuk sensasi seperti itu. Menurut saya ini agak sedikit aneh. Ini lucu," ucap Taufiqulhadi.

KPK menetapkan Kalapas Sukamiskin Wahid Husen menjadi tersangka kasus suap jual fasilitas napi korupsi di Lapas Sukamiskin. Selain Wahid, ada tiga orang yang juga ditetapkan tersangka yakni suami artis Inneke Koesherawati, Fahmi Darmawansyah; staf Wahid Husen, Hendry Saputra; dan narapidana kasus pidana umum/tahanan pendamping Andi Rahmat. Barang bukti yang diamankan uang Rp 279.920.000 dan 1.410 dolar AS. Selain itu, ada dua mobil Wahid yang diamankan KPK karena diduga terkait suap, yaitu Mistubishi Triton Exceed berwarna hitam dan Mitsubishi Pajero Sport Dakkar berwarna hitam.

Dibilang ecek-ecek, Laode Syarif nggak terima. Dia menyebut Taufiqulhadi gagal faham. "Taufiqulhadi sudah pasti gagal paham dan tidak mengetahui korupsi di lapas sebagai sesuatu yang sistematis. Anggota Komisi III seperti ini ‘perlu dipermak cara berpikirnya. Bukannya mendukung pemberantasan korupsi di lapas yang menggurita, tapi menganggap kerja KPK hanya cari sensasi. Silakan masyarakat menilai apakah anggota komisi hukum DPR seperti ini layak didukung atau tidak," tegasnya dengan nada geram.

OTT KPK kali ini seperti mengkonfirmasi kabar ada yang salah dalam tata kelola Lapas Sukamiskin. Terutama para narapidana korupsi. Mereka bisa tinggal dengan mewah dan nyaman. Bebas keluar masuk karena memegang kunci sel, mirip rumah sendiri.

Di OTT Jumat (20/7) malam, Tim KPK yang menyisir sel Fahmi Darmawansyah, napi kasus suap satelit Bakamla, menemukan sejumlah fasilitas mewah di dalamnya. Saat KPK mengelar konfrensi pers ihwal ini, diperlihatkan video mengenai Sukamiskin. Dalam video yang diputar terlihat kamar Fahmi seperti kamar di rumah sendiri. Terpasang AC alias pendingin ruangan. Di atas kasur ada rak-rak kayu untuk menaruh buku. Ada pula kulkas mini. Kemudian ada wastafel untuk mencuci piring. Tersedia pula dispenser dan televisi. Yang cukup mencolok adalah kamar mandinya. Kamar mandi dibuat terpisah seperti kamar. Di dalamnya, ada WC duduk dilengkapi shower. Ada juga pemanas air alias water heater.

Di dalam sel Fahmi, KPK juga menemukan sejumlah catatan sumber uang. Selain itu, juga ditemukan sejumlah handphone. Dua penyidik KPK menunjukkan bukti itu. Ada 7 handphone. Beberapa di antaranya masih dalam posisi menyala. Ditunjukkan pula satu laptop dan uang yang ditaruh dalam tas untuk sepatu futsal.

Pakar hukum tata negara, Margarito Kamis menganggap kasus ini bukan soal nominal ratusan juta yang disita KPK. Persoalan ini sudah mewabah dan terjadi di banyak titik di Indonesia. "Terlalu naif kalau disebut ecek-ecek begitu, ini perlu dibenahi betul," ujar Margarito kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurut Margarito, lembaga pemasyarakatan adalah upaya mengembalikan penjahat ke masyarakat. Jika di dalam penjara saja tetap menjadi penjahat, maka fungsi dasar pemasyarakatan itu tidak didapat. "Nanti mereka tidak takut di penjara, korupsi makin mewabah. Jangan anggap ini kecil. Ini ibaratnya fenomena gunung es," katanya. ***