Masih banyak kendala teknis dan psikologis dihadapi orang tua, guru dan murid dalam menghadapi tahun ajaran baru di tengah belum terkendalinya Covid-19 di tanah air.
- BBGP Jawa Tengah Gelar Saresehan P5 Dalam Gelar Merdeka Berbudaya
- S1 Manajemen FEB UKSW Siap Pertahankan Akreditasi Unggul Menuju Standar Internasional
- Upayakan Terdata Dapodik, Himpaudi Berjuang Tingkatkan Kesejahteraan dan Kompentensi Anggotanya
Baca Juga
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua MPR RI bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah, Lestari Moerdijat melalui keterangan tertulis kepada RMOLJateng, Kamis (4/6/2020).
Menurut Mbak Rerie, panggilan akrabnya, pemerintah harus segera mengambil sejumlah langkah sebagai dasar pengambilan kebijakan yang tepat, guna terselenggaranya proses belajar mengajar yang aman dan memadai di tengah pandemi.
"Intinya agar generasi penerus bangsa mendapatkan pendidikan yang layak dan aman di masa pandemi," ujar Lestari.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Ghafur Akbar Dharma Putra mengakui pihaknya memandang penting adanya data terpilah atau data yang lebih rinci di bidang pemberdayaan manusia.
Pengumpulan data, menurut Ghafur, tidak bisa lagi hanya dipilah menjadi dua bagian berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Tetapi lebih rinci dari itu.
"Bisa berdasarkan umur, balita, remaja, dewasa, lansia, bahkan juga difabel atau tidak dan seterusnya. Dengan data terpilah sejumlah kebijakan di bidang pembangunan manusia bisa diaplikasikan lebih tepat sasaran," ujarnya.
Dalam menghadapi sejumlah kendala di masa wabah Covid-19, tambah Ghafur, Kemenko PMK berkoordinasi lintas Kemenko dengan Kemenko Perekonomian yang mengurusi penerapan kenormalan baru.
Dengan pola koordinasi tersebut, jelas Ghafur, dibutuhkan sejumlah kajian antarinstansi untuk memutuskan sebuah kebijakan, termasuk dalam memutuskan pelaksanaan tahun ajaran baru di masa pandemi.
"Berdasarkan mekanisme tersebut, pembukaan sekolah pada tahun ajaran baru akan menjadi pilihan terakhir," tambahnya.
Pendidik yang juga Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Prof. Dr Komaruddin Hidayat berpendapat, proses pendidikan yang baik terjadi bila ada komunikasi yang baik antara orang tua dan guru.
"Guru bermitra dengan orang tua dalam mendidik anak," ujarnya.
Dengan mengetahui apa yang dibutuhkan siswa, jelas Komarudin, guru atau sekolah dapat memberikan pola pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
"Komunikasi yang baik antara guru dan orang tua sangat dibutuhkan dalam kondisi saat ini, dimana proses belajar perlu banyak penyesuaian di masa pandemi ini," ujarnya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti mengungkapkan, hasil survei yang dilakukannya melalui akun facebook menunjukkan keinginan untuk segera masuk sekolah antara anak dan orang tua bertolak belakang.
Sebanyak 63,7 persen anak menginginkan segera masuk sekolah karena jenuh dan tidak nyaman belajar jarak jauh, sisanya 36,3 persen menolak.
Sebaliknya 66 persen orang tua menolak segera masuk sekolah, sisanya bersedia anaknya segera masuk sekolah.
"Para orang tua mempertanyakan kesiapan infrastruktur sekolah menghadapi ancaman Covid-19, demikian juga dengan kekhawatiran penularan corona yang terus bertambah," ujarnya.
Retno berharap pemerintah merespon kondisi tersebut dengan membuat kurikulum darurat, agar proses belajar di masa pandemi bisa memenuhi standar pendidikan yang memadai.
- UKSW Tandatangani Nota Kesepahaman dengan Sinode GKO dan Compassion Indonesia Foundation
- UKSW Jalin Kerja Sama dengan Tiga Lembaga di Bawah Sinode GKJ
- Tuai Sorotan, Selebgram Undip Sampaikan Maaf