Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari mengaku prihatin dengan kondisi anak -anak yang saat ini menjadi target pasar utama industri rokok untuk mendapatkan perokok pengganti yang akan menjamin keberlangsungan bisnisnya.
- Jelang Ramadan, Polres Demak Gelar Baksos Polri Presisi
- Polres Magelang Kota Kawal Ketat Bhikkhu Thudong Menuju Borobudur
- SAR Semarang Gelar Simulasi, Kapal Terbalik di Waduk Jatibarang, 3 Orang Dalam Pencarian
Baca Juga
"Saat ini anak-anak menjadi target pengganti bagi perokok yang sudah berhenti," jelasnya kepada media Selasa (30/7) siang.
Selain itu berbagai iklan, promosi dan sponsor terus dilakukan (perusahaan rokok) untuk membangun kesan bahwa rokok bukanlah sesuatu yang berbahaya. Iklan rokok selalu ditempatkan di tempat strategis dan terbuka.
Termasuk lokasi dimana anak dan kalangan muda berada seperti sekolah, kampus, kafe, taman kota, tempat olahraga lokasi wisata dan jalan utama di pusat kota.
"Sayangnya sampai saat ini peraturan yang melindungi anak-anak dari target industri masih sangat lemah. Dan Indonesia satu-satunya negara di ASEAN yang masih membolehkan iklan, promosi dan sponsor rokok," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Eksekutif Yayasan KAKAK, Shoim Sahriyati sampaikan kota Solo baru saja menerima predikat Utama Kota Layak Anak dari Kementrian PPA. Ini merupakan penghargaan ketiga kalinya.
"Kota Solo belum bisa mendapatkan predikat Kota Layak Anak (KLA) paripurna karena masih ditemukan iklan, promosi dan sponsor rokok di Solo," tuturnya.
Meski begitu pihaknya tetap mendukung penuh upaya Pemkot Surakarta mewujudkan Kota Layak Anak melalui penerapan Kawasan Terbatas Rokok (KTR) dan larangan iklan rokok.
Termasuk mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk segera mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di kota Solo.
Shoim juga menambahkan hasil dari monitoring iklan promosi rokok yang dilakukan di Solo dalam dua minggu ada sekitar 1.450 iklan promosi rokok dalam berbagai bentuk.
Selain itu angka perokok pada anak-anak tercatat cukup tinggi di Indonesia. Dari lima anak, dua diantaranya memilih merokok karena pengaruh iklan dan promosi.
"Artinya promosi dan iklan yang ada mempengaruhi anak-anak untuk merokok," pungkasnya.
- Disuntik Pfizer, Bupati Wihaji Memulai Program Vaksinasi Booster di Batang
- Cantik dan Mulus, Jalan Banjarsari Tembalang Aman Bagi Pejalan Kaki
- Presiden Jokowi Kunjungi Pameran Produk Inovatif UNS