Mafindo Temukan 1065 Hoaks Covid-19 Dan Vaksin Banjiri Media Digital

Hoax ambulan kosong di Solo beberapa waktu yang beredar luas di media sosial. dok
Hoax ambulan kosong di Solo beberapa waktu yang beredar luas di media sosial. dok

Mafindo melalui situs TurnBackHoax.ID mencatat 1069 hoaks Covid-19 sejak Januari 2020 hingga Juli 2021.


Bahkan, sebagian hoaks diantaranya mengandung narasi yang membahayakan masyarakat dan merusak upaya penanganan pandemi. Termasuk kabar yang disebarkan oleh dr Lois yang saat ini kasusnya sedang ditangani oleh Polri. 

"Sangat mendesak inisiatif bersama supaya masyarakat tidak mudah menjadi korban hoaks pandemi, tidak cukup dengan klarifikasi secara digital, edukasi dan sosialisasi di dunia nyata sangat penting untuk dilakukan. Pemerintah, platform dan masyarakat harus bergandengan tangan untuk menekan peredaran hoaks," kata Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho, Kamis (22/7).

Septiaji mencontohkan, hoaks yang menyebut rumah sakit meng-Covid-kan pasien, dan pasien meninggal karena keracunan interaksi obat yang diresepkan dokter, sangat massif menyebar di masyarakat, membuat orang yang sakit baik Covid-19 maupun bukan, takut untuk pergi ke rumah sakit dan bertemu dokter. 

Tercatat beberapa kasus warga meninggal yang terlambat ditangani rumah sakit, akibat termakan hoaks tersebut, sehingga enggan untuk bergegas ke rumah sakit. Hal ini juga mungkin terjadi kepada sebagian warga yang meninggal ketika isolasi mandiri di rumahnya.

Hoaks ambulans kosong yang berputar-putar sekeliling kota untuk menakut-nakuti warga, dipercaya sebagian orang sehingga terjadi beberapa insiden perusakan ambulans, tercatat pelemparan batu dan kaca pecah di Jogja dan Solo pada minggu kedua Juli 2021. 

Hal ini sangat meresahkan para petugas ambulans yang masih harus tetap bekerja di tengah tekanan tinggi akibat antrian pasien atau jenazah yang membutuhkan ambulans.

"PPKM Darurat ini harus disertai dengan upaya serius untuk menekan lajur penyebaran hoaks pandemi, karena hoaks ini masih berperan dalam abainya masyarakat terhadap protokol kesehatan, penolakan terhadap vaksin, hingga meninggalnya warga karena salah mengambil keputusan dalam situasi genting," imbuhnya.

Dia menilai, masih ada ketimpangan antara jumlah hoaks yang beredar dengan klarifikasi yang sampai ke masyarakat masih menjadi masalah besar. 

Presidium Mafindo Bidang Periksa Fakta, Eko Juniarto mengatakan, analisis Mafindo terhadap sejumlah artikel periksa fakta yang dipublikasikan, sebuah hoaks bisa sepuluh kali lipat lebih banyak disebarkan ketimbang klarifikasinya. 

"Ini menjadi persoalan serius, karena banyak masyarakat yang lebih mudah mengakses konten hoaks, tetapi tidak banyak yang membaca klarifikasinya. Ketimpangan informasi ini yang menyebabkan masih banyak masyarakat yang lebih percaya kepada hoaks daripada informasi faktual  yang dikeluarkan oleh otoritas maupun pakar kesehatan," kata Eko.

Upaya mendekatkan masyarakat dengan klarifikasi atas hoaks yang beredar perlu dilakukan dengan secara rutin meng-update para tokoh masyarakat dan tokoh agama terkait issue terkini, sehingga mereka bisa ikut membantu meluruskan informasi di komunitasnya. 

Demikian juga kantor desa, kelurahan, kecamatan, puskesmas, rumah sakit, perlu secara berkala memajang poster yang berisi klarifikasi atas isu hoaks terkini yang dinilai paling meresahkan masyarakat.

"Tidak cukup dengan menyebarkan narasi secara digital, kita butuh upaya lebih untuk meyakinkan  orang supaya tidak termakan hoaks secara spesifik, tidak bisa lagi dengan ajakan yang sifatnya umum. Gerakannya harus massif dan itu yang harus dilawan bersama," tandas Eko.