Masyarakat Masih Pesimistis Terhadap Perekonomian Jawa Tengah

Bank Indonesia mencatat keyaninan masyarakat Jawa Tengah terhadap kondisi perekonomian di masa pandemi Covid-19 saat ini berada di level pesimistis.


Bank Indonesia mencatat keyaninan masyarakat Jawa Tengah terhadap kondisi perekonomian di masa pandemi Covid-19 saat ini berada di level pesimistis.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo mengatakan hal tersebut didasarkan atas Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia terhadap 700 responden rumah tangga di Jawa Tengah pada September 2020.

Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 89,39 pada September 2020,†kata Soekowardojo dalam siaran rilisnya, Rabu (14/10).

Menurutnya, penyebabnya adalah rendahnya persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini. Hal tersebut diukur dari tingkat pendapatan, ketersediaan lapangan pekerjaan dan tingkat konsumsi durable goods.

Responden beranggapan bahwa tingkat penghasilan konsumen pada bulan September cukup rendah dengan indeks penghasilan konsumen sebesar 59,59 dimana sebanyak 55,86% responden menyatakan penghasilan mereka saat ini mengalami penurunan dibandingkan 6 bulan yang lalu,†paparnya.

Sedangkan, 32,29% responden menyatakan relatif stabil, dan 11,86% responden yang mengalami peningkatan.

Demikian pula dari sisi ketersediaan lapangan kerja sebagian besar responden masih beranggapan bahwa ketersediaan lapangan tenaga kerja saat ini masih sangat terbatas, yang ditunjukkan oleh indeks ketersediaan lapangan kerja sebesar 33,36.

Mayoritas responden, yaitu sebesar 76,57% responden menyatakan ketersediaan lapangan kerja saat ini mengalami penurunan dibandingkan enam bulan yang lalu, 13,86% responden menyatakan stabil, dan 9,57% responden mengalami peningkatan.

Sementara dari sisi persepsi konsumsi terhadap barang-barang tahan lama, walaupun masih berada pada zona pesimis, namun terdapat indikasi peningkatan jumlah responden yang melakukan konsumsi barang tahan lama.

Hal ini tercermin dari indeks konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama sebesar 90,27,†paparnya.

Sebanyak 55,57% menyatakan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama saat ini relatif stabil dibandingkan enam bulan yang lalu, 15,00% mengalami peningkatan, sementara 29,43% menyatakan penurunan konsumsi.

Pesimisme responden terhadap kondisi perekonomian saat ini juga terkonfirmasi dari perlambatan penyaluran kredit perbankan. Kredit konsumsi, sebagai salah satu indikator daya beli sektor rumah tangga terpantau tumbuh melambat dari 3,00% (yoy) pada Juli 2020 menjadi 2,58% (yoy) pada Agustus 2020.

Demikian pula kredit sektor produktif sebagai indikator tingkat penghasilan penyediaan lapangan kerja bagi sektor rumah tangga, yang tercatat mengalami perlambatan dari 9,51% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 7,81% (yoy).

Kredit investasi dan kredit modal kerja melemah dari masing-masing sebesar 26,54% (yoy) dan 3,85% (yoy) menjadi 24,27% (yoy) dan 2,24% (yoy).

Walaupun secara umum tingkat keyakinan responden terhadap kondisi perekonomian saat ini rendah, namun ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan (6 bulan mendatang-Maret 2020) terpantau tetap berada pada level optimis (117,70),†terangnya.

Optimisme responden didukung oleh keyakinan responden pada ekspektasi penghasilan konsumen, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha yang akan mengalami peningkatan pada enam bulan kedepan.