Demak bukan sekadar Tlatah Perdikan. Namun ‘Kota Wali’ ini adalah episentrun peradaban Islam pada masanya, dengan jejak yang hingga kini sebagian tetap kukuh.
- Intansari Fitri, Pendiri dan CEO Farah.id Berpulang
- Roy Suryo Bicara Rokok Membunuhmu
- Gandeng KPI, RSKW Gelar Podcast Madu dan Racun Iklan Rokok di Radio
Baca Juga
Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga adalah testemoni abadi. Ribuan, bahkan jutaan umat, datang berziarah di sini. Sayang sebagian jejak itu belum terungkap terang, seperti di manakah ibukota kerajaan Demak itu sendiri? Benarkah di Glagah Wangi, atau masih jadi misteri panjang? Begitu pun ikhwal bumi ‘Petir’ sebutan lain untuk Demak adalah jawara sebagai lumbung pangan, dan mashur jadi pengekspor beras adalah kebesaran yang lain.
Kisi kisi itu menjadi tema Focus Group Discussion yang diprakarsai Dinas Pariwisaa Demak. FGD melibatkan sejumlah stakeholder, baik dari akademisi, praktisi, penggiat kebudayaan, kalangan OPD dan ahli yang berkhikmat tentang sejarah Islam di Nusantara, yakni H Sariat Arifa. Berikut catatannya yang dirangkum Jayanto Arus Adi, Pimpinan Umum sekaligus Pimpinan Redaksi RMOL Jateng.
Perhelatan Catur Sasangka yang melahirkan denyutan baru pariwisata di Kabupaten Demak. Hajad yang merupakan kolaborasi Dinas Pariwisata dan Sanggar Padma Baswara ini tidak hanya menggugah pemangku kebijakan di Pemkab Demak, tetapi juga menginspirasi khalayak ramai. ‘’Jempol, terima kasih untuk temen temen Padma Baswara. Saya berharap ini (Catur Sasangka-red) dapat menjadi lokomotif dan sekaligus pengungkit kenbangkitan ekonomi di Demak,’’ujar Dra Endah Cahya Rini, MM saat memberi prakata pada pembukaan Catur Sasangka.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Demak ini lebih lanjut menambahkan, Focus Group Discussion ‘Curah Pikir Tentang Demak - Melacak Kembali Kebesaran Dan Pengaruhnya Terhadap Kerajaan Islam di Jawa’ diakuinya terlecut dari dialog di Natabratan. Dari sana spirit mengangkat nama besar Demak tertoreh. Demak atau Dema artinya Guntur bukan sekadar perdikan biasa.
Namun Kota Petir ini, kata Sariat Arifa, merupakan episentrum peradaban Islam. ‘’Satu satunya kerarajaan Islam yang mempunyai pengaruh kuat dan berjejak hingga sekarang di Jawa adalah Demak. Itu sama, seperti ketika menyebut kerajaan Islam paling berpengaruh di Sumatra adalah Pasai,”ungkap Sariat.
Lebih jauh dipaparan peneliti Sejarah Islam ini, keduanya bahkan menjadi ikon kekuatan Islam secara hegemonik di Nusantara. Ketika Portugis menguasai Malaka dan pasai (Lhokseumawe, Aceh sekarang) kemudian mencoba menguasai Sundakelapa, atau sekarang Jakarta, maka kekuatan Demak dan Pasai kemudian menjadi Aceh Darussalam menjadi lokomotif di palagan perang.
Pemimpin Aliansi Jawa
Focus Group Discussion selain menghadirkan Sariat Arifa sebagai nara sumber utama, juga mengundang stakeholder lain, seperti MUI Demak, Dinas Pendidikan, Takmir Masjid Agung Demak, praktisi dan akademisi. Solichoael Soekaemi peminat sejarah dan kebudayan yang juga dosen STIEPARI Semarang memberikan apresiasi khusus. ‘’Ini jadi ruang yang dapat mencerahkan kita semua. Peran Demak ternyata begitu dikagumi dan luar biasa,’’kata Solichoael.
Dari FGD ini, masih kata Sol, kita mendapat konfirmasi bahwa relasi Pasai-Sumatra dan Demak- Jawa yang telah berjalan panjang. Demak ketika itu bahkan telah menjadi memimpin aliansi Kerajaan- kerajaan Islam di Jawa. Sementara Pasai memimpin aliansi Sumatra. Karena pengaruh dan kebesarannya itulah dalam periode berikutnya Demak menjadi target kolonialis Belanda untuk menghancurkannya berupa character assassination dilakukan oleh Belanda. Keemasan yang pernah diraih Demak coba dinisbikan atau sengaja didelegitimasi dalam percaturan sejarah.
Kolonialis Belanda menjadi pihak paling brutal melakukan rekayasa sejarah itu. Rekayasa Belanda dilakukan antara lain melalui penerbitan Babat yang membiakkan narasi palsu. Informasi sesat yang mereka unggah, pertama ketika Portugis mulai mencengkeram kuku kolonialisnya Demak tak berkutik. Padahal perlawanan sengit dilakukan, seperti penyerangan ke Malaka.
Perang paling spektakuler kala itu yang dipimpin panglima tangguh, Fatahilah adalah bentuk unjuk menjaga harkat dan martabat.
Demak memimpin aliansi Kerajaan Islam, mulai dari Pasai, Cirebon, Gresik dan Jepara menggempur Portugis yang menguasai Malaka. Pasukan gabungan Jawa didukung juga aliansi Sumatra di bawah kendali Pasai. Ini menjadi simbol dan testemoni hubungan Demak dengan Pasai sangat baik. Malaka bandar itu sangat penting karena menjadi pintu perdagangan dunia. Ekspor beras Demak melalui Malaka menjadi sumber pendapatan yang luar biasa.
Namun ikhwal itu sama sekali tidak diungkap, sejumlah babad yang terbit justru menutupi dan memutarbalikkan fakta demi kepentingan kolonialnya. Itulah yang menjadi tantangan dan ikhtiar bersama menghadirkan sejarah secara apa adanya. Demak juga di gelapkan sebagai penghancur kerajaan Majapahit padahal menurut H. Sariat Arifia, berdasarkan catatan tome pires, pada tahun 1514 sudah tidak ada. Oleh karenanya kisah Demak menyerbu dan menyebabkan hilangnya Majapahit pada tahun 1526 adalah cerita palsu yang tidak memiliki sandaran bukti.
Lalu apa maksud Belanda melakukan seperti itu, jawabannya itulah akal bulus Belanda selalu mengadu domba, memecah belah divide et impera. Babad dijadikan modus menyebarkan informasi sesat, bahkan bukan hanya sesat, namun Babad adalah racun sistemik yang sengaja dijadikan asupan untuk merusak kontruksi hidup bersama. Berkali kali Babad menjadi sumber yang sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan. Penulisnya tidak jelas, sumbernya tidak jelas, isinya menjadi peluncur berita hoaks.
Cerita mendowngrade citra Raden Batah ibunya sedang hamil diusir, atau dibuang karena permaisuri Raja Brawijaya marah adalah cerita fiktif. Begitu pun ada disebut saat masih hamil menikah lagi dengan Pangeran Arya dari Palembang juga provokasi sejarah yang dikandung maksud untuk meruntuhkan harkat Raden Patah Terbantahkan.
Sekian lama informasi semacam itu dipercaya sebagai referensi di masyarakat. Masa inilah menjadi mendung kelabu sejarah nasional Indonesia. Memprihatinkannya lagi sejarah yang serupa direduksi menjadi materi anak didik di bangku sekolah sampai Indonesia sudah Merdeka. Artinya sejarah nasional kita merupakan materi warisan kolonial tentu secara obyektif jauh dari kebenaran.Karenanya dapat dibayangkan distorsi yang terjadi termasuk implikasinya akibat mengadopsi sejarah yang keliru.
Praktik yang dilakukan Portugis mengadu Hindu dengan Islam, Belanda membenturkan Islam dengan budaya dan kearifan lokal, atau Islam dengan penganut madzab yang lain adalah upaya sistemik yang canggih. Sariat Arifa telah meneliti hampir 40 Babad lebih, termasuk kunjungan ke lapangan untuk merekonstruksi ulang untuk menguji kebenaran isi yang dikandung di dalamnya.
Catatan Tome Pires mengunjungi pantai utara kepulauan tersebut,di antaranya menjadi pembanding atas fakta palsu yang ditulis di Babad berbeda dengan konstruksi politik yang di kedepankan di babad.
Menurutnya berdasarkan kajian sumber primer dan bukti bukti di lapangan, berita ini 1000 persen tidak benar. Karena mengacu penelitian dan kajian arkeologis juga riset yang menyandarkan pada metologi serta sumber yang otentik simpulan itu sangat bertolak belakang.
Kesaksian Pires misalnya, yang terjadi bukan "Demak" menyerbu "Majapait". Sebab yang peristiwa yang sesungguhnya justru Gusti Pate dari Blambangan yang menyerang "Demak". Artinya posisi Demak dalam rangka mempertahankan diri.
Keruntuhan Majapahit
Jejak arkeologis dan catatan Tome Pires menjadi salah satu bukti penyebab sandyakala Majapahit. Perseteruan internal kerajaan, dan pemberontakan para bupati, khususnya di daerah-daerah pesisir yang melepaskan diri dari kekuasaan pusat. Raden Patah, salah seorang putera raja Majapahit, memeluk Islam dan kemudian berkuasa di Demak.
Demak memasuki keemasan era Sultan Tenggono. Ini beriringan waktu saat salah satu panglima perang dari Pasai, Fatahillah, yang sesaat setelah kejatuhan Pasaj melarikan pergi ke Demak dan diterima oleh Sultan Trenggono di Demak. Fatahillah dengan dukungan tiga wali, yakni Sunan Giri, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) membebaskan Sunda Kelapa (1527), kemudian juga mengakui eksistensi Kesultanan Banten. Salah satu tokoh penting lainnya dari Sunda, adalah Cakra Buana atau kian Santang yang menjadi panglima pertahanan orang orang Islam di Jawa. Pada era era inilah, demak berperan sentral dalam memimpin aliansi kerajaan kerajaan Islam di tanah Jawa untuk menghadang pendudukan Portugis yang di rencanakan di Sunda Kelapa. an. Peran demak dalam penyebaran Islam Di Kalimantan, daerah yang tampaknya pertama kali menerima kehadiran Islam, di luar Brunei, adalah Banjarmasin. Hal ini terjadi karena sejak masa pra-Islam, hubungan ekonomi antara Banjar dan daerah pantai utara Jawa sudah sering terjadi. Oleh karena itu, Hikayat Banjar menyatakan bahwa Kerajaan Demak di Jawa adalah pihak yang mengislamkan daerah Banjar sekitar 1550M.
Raja Banjar yang pertama masuk Islam ialah Raden Samudra. Dia pada waktu naik tahta ditasbihkan seorang ulama dari Demak bernama Khatib Dayan yang memberinya gelar Pangeran Suryanullah. Demikian juga raja Jawa yang pertama masuk Islam, Raden Patah, ditasbihkan Sunan Ampel yang .kemudian memberinya gelar Senapati Ngabdurrahman Sayyidin Panatagama.
Dengan demikian, peranan ulama merupakan transformasi peranan pada pendeta Hindu-Buddha dalam mentasbihkan raja-raja Hindu-Buddha pada masa sebelum kerajaan-kerajaan Islam. H.J. de Graaf (1989: 10) menyatakan, yang paling menonjol diantara raja-raja pesisir Muslim yang merdeka adalah Demak. transformasi Islam tidak hanya menjadi bagian tradisi pesisir yang maritim tapi juga menjadi bagian dari realitas sosio kultural pedalaman yang agraris.
Sosok penting dalam penyebaran Islam di Demak adalah Peran Sunan Kalijaga begitu menonjol di sini melalui syiar yang membuka transformasi dan akulturasi budaya secara damai. Inilah kelebihan yang dimiliki Sunan Kalijaga. HAL hal inilah yang perlu di eksplorasi direkonstruksi ulang agar sejarah Demak terbebas dari sejarah yang di narasikan oleh kepentingan penjajahan Belanda. Langkah langkah ini harus dimulai dari Demak dalam menjelaskan di dirinya.
- Intansari Fitri, Pendiri dan CEO Farah.id Berpulang
- Roy Suryo Bicara Rokok Membunuhmu
- Gandeng KPI, RSKW Gelar Podcast Madu dan Racun Iklan Rokok di Radio