Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam sistem demokrasi di Indonesia. Di Kabupaten Kudus misalnya, dua pasangan calon (Paslon) yang memiliki dukungan kuat dari masyarakat adalah Sam’ani-Bellinda Putri (Santri) dan Hartopo-Mawahib (Top Berkah).
- Diserang Buzzer di Medsos, Cabup Hartopo : Nggak Kita Balas, Kita Sholawatin Saja
- Membangkang Keputusan Kaesang Soal Pilkada, Kepengurusan Lama DPD PSI Kudus Dibekukan
- Didukung Koalisi Gajah di Pilkada Kudus, Cabup Samani : Menang Tanpa Ngasorake
Baca Juga
Munculnya sejumlah wajah baru dalam kontestasi Pilkada Kudus pada 27 November 2024 itu, juga mendapat respon menarik dari Bin Subiyanto, salah seorang pengamat politik di Kudus.
Bin mengatakan, duet Paslon Sam’ani-Bellinda diusung PKB, PAN, NasDem, PDIP, PPP, Hanura, PKS, Partai Ummat. Sedangkan Hartopo-Mawahib diusung Golkar, Demokrat dan Gerindra, PSI dan sejumlah partai nonparlemen lainnya.
Dari survei yang dilakukan menjelang Pilkada, kata Bin, terlihat bahwa pasangan Sam’ani-Bellinda mendapatkan dukungan signifikan dari masyarakat Kudus, terutama dari kalangan perempuan, pemuda dan Nahdliyyin.
“Masyarakat mengapresiasi visi mereka yang berfokus pada pendidikan dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan,” ujar Bin.
Selain itu, lanjut Bin, kehadiran Bellinda sebagai calon wakil bupati memberikan angin segar bagi perempuan di Kudus yang merasa terwakili.
“Banyak kaum perempuan yang melihat Bellinda sebagai sosok inspiratif yang mampu memperjuangkan hak-hak mereka,” tuturnya.
Hartopo-Mawahib diusung Golkar, Demokrat dan Gerindra, PSI dan sejumlah partai nonparlemen lainnya di Pilkada Kudus.
Di sisi lain, imbuh Bin, Hartopo-Mawahib juga memiliki basis dukungan yang kuat, terutama dari birokrat, nahdliyyin dan kalangan pedagang. Kelompok tersebut menginginkan pemimpin yang memahami dunia bisnis dan mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi.
Bin menegaskan, Hartopo sebagai mantan Bupati Kudus periode 2018-2023 juga memiliki kekuatan dalam hal pengalaman dan reputasi. Sedangkan Sam’ani-Bellinda dan Hartopo-Mawahib juga mempunyai basis dukungan yang kuat di kalangan Nahdliyyin.
Menurut Bin, masyarakat yang lebih memilih pendekatan ekonomi pragmatis cenderung menganggap Hartopo-Mawahib sebagai pilihan yang lebih realistis.
“Mereka merasa bahwa pasangan ini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tantangan yang dihadapi oleh Kudus dalam konteks ekonomi,” ucapnya.
Bin menjelaskan, Pilkada Kudus ini memberi dampak positif kepada masyarakat, diantaranya adalah peningkatan kesadaran politik di kalangan masyarakat.
“Masyarakat menjadi lebih aktif dalam mengikuti perkembangan politik dan berpartisipasi dalam proses pemilihan. Hal ini juga mendorong diskusi di kalangan warga mengenai pentingnya pemimpin yang berkualitas,” paparnya.
Selain itu, kata Bin, adanya kompetisi antara kedua pasangan calon ini mendorong mereka lebih berfokus pada program-program yang menguntungkan masyarakat.
“Masing-masing pasangan calon berusaha untuk menawarkan solusi yang lebih baik bagi permasalahan yang ada, sehingga masyarakat diuntungkan dengan adanya inovasi dan ide-ide baru,” ungkapnya.
Namun demikian, imbuh Bin, ada juga dampak negatif yang mungkin timbul dari persaingan ini. Polaritas yang terjadi di kalangan masyarakat bisa mengarah pada perpecahan atau konflik.
“Dukungan yang kuat terhadap salah satu pasangan calon bisa mengakibatkan penolakan terhadap calon lainnya, yang dapat mempengaruhi hubungan sosial di masyarakat,” tambahnya.
Pengamat politik Kota Kudus, Bin Subiyanto
Bin menilai bahwa kampanye yang terlalu agresif dan negatif dapat merusak citra politik yang sehat, serta menciptakan ketidakpercayaan pada proses demokrasi.
“Karena itu, penting bagi kedua pasangan calon untuk menjaga etika dalam berkampanye dan tidak terjebak dalam permainan politik yang merugikan masyarakat,” tandasnya.
Bin memaparkan, Pilkada Kudus yang menyuguhkan persaingan antara pasangan Sam’ani-Bellinda dan Hartopo-Mawahib tidak hanya menjadi ajang pemilihan pemimpin saja, namun juga mencerminkan dinamika masyarakat yang semakin kritis terhadap perkembangan daerah.
“Masing-masing pasangan calon memiliki visi dan misi yang unik, serta strategi untuk menjangkau pemilih,” tukasnya.
Bin menambahkan, dukungan masyarakat terhadap kedua Paslon Bupati dan Wakil Bupati Kudus ini terlihat signifikan, dengan fokus pada isu-isu penting seperti pendidikan dan kesehatan.
Namun Bin kembali mengingatkan bahwa proses demokrasi harus dijalani dengan baik, tanpa adanya polarisasi yang merugikan. Melalui Pilkada ini, diharapkan Kudus memiliki pemimpin yang tidak hanya kompeten, namun juga mampu mendengarkan dan memahami aspirasi masyarakat.
“Dengan demikian, pembangunan dan kemajuan di Kabupaten Kudus dapat terwujud dengan baik dan berkelanjutan,” pungkasnya.
- Proyek Pamsimas Menuai Konflik, Dua Kubu Warga Kajar Kepung Dinas PUPR Kudus
- Kesulitan Cari Ribuan Tenaga Kerja di Kudus, PT Djarum Ekspansi ke Luar Daerah
- Diserang Buzzer di Medsos, Cabup Hartopo : Nggak Kita Balas, Kita Sholawatin Saja