Lestarikan budaya turun temurun, Kraton Kasunanan Surakarta gelar tradisi unik memperingati malam ke-21 di bulan Ramadan.
- Hadiri Dan Semarakkan: Semarang Night Carnival 2024 Janjikan Suguhan Eksotik Dan Atraktif Bagi Warga
- Mbak Ita: Sedekah Laut Bisa Jadi Event Tahunan Pemkot Semarang
- Pulangkan Prasasti Sangguran ke Tanah Air, Perlu Political Will yang Kuat
Baca Juga
Tradisi ini biasa disebut Malam Selikuran. Dimana para kerabat keraton, abdi dalem berbusana khas Keraton Solo berjalan kaki menuju Masjid Agung. Ini menjadi tradisi Kraton saat menyambut datangnya malam seribu bulan (Lailatul Qadar).
Acara malam Selikuran ini digelar dua kali di waktu yang sama. Kirab malam selikuran yang pertama digelar oleh Bebadan Keraton Surakarta versi Paku Buwono (PB) XIII Hangabeh usai Sholat Isa dan Tawarih hingga tengah malam. Setelahnya dari Lembaga Dewan Adat menggelar acara serupa.
Yang membedakan dari acara Kirab Malam Selikuran ini adalah rute yang ditempuh.
Untuk Bebadan Keraton Surakarta versi Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi dengan rute Kori Kamendungan langsung menuju Masjid Agung.
Sedangkan dari Lembaga Dewan Adat (LDA) dimulai dari Siti Hinggil kemudian mengelilingi kawasan Baluwarti dan berakhir di Masjid Agung Surakarta.
Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau biasa disapa Gusti Moeng sampaikan adanya dua agenda pelaksanaan Malam Selikuran dari Kraton Solo menurutnya bukan masalah besar.
Menurutnya, mudah-mudahan kedepannya (malam selikuran) bisa dilakukan bersama-sama, tidak sendiri-sendiri.
Harapannya kedepan oleh pemerintah bisa menyatukannya. Karena pada dasarnya, pihaknya tidak ingin menambah masalah. Yang terpenting semua bisa berjalan dengan baik.
"Semakin banyak yang mangayubagyo semakin bagus to," jelas Gusti Moeng kepada awak media, Sabtu (25/5).
Kedepannya Gusti Moeng berharap semua pihak bisa kembali menyatu dan kebersamaan keluarga Keraton Solo seperti dahulu kala. Menjalankan apa yang menjadi kehendak leluhur untuk melestarikan keraton sampai akhir zaman.
"Hal yang selama ini terjadi di Kraton Solo segera selesai. Paling utama menjaga keraton agar tetap lestari," imbuhnya.
Untuk urutan dalam prosesi kirab hajad dalem Malem Selikuran, lanjut Gusti Moeng juga diikuti Pakasa dari berbagai daerah.
Kemudian ada barisan marching band Kraton, pembawa Ting (lentera), tumpeng sewu, santiswara, dan musik Hadrah dari Baluwarti
Pantauan RMOLJateng, kirab yang dimulai sekira pukul 22.00 WIB ini terlihat para abdi dalem keluar dari Siti Hinggil, mengelilingi Baluwarti kemudian keluar dari lawang gapit utara dan langsung menuju Masjid Agung Keraton Surakarta.
Usai diarak keliling Kraton di seputaran Baluwarti, tumpeng yang diletakkan dalam jodang dan dipanggul beberapa orang dibawa masuk ke halaman masjid Agung.
Selanjutnya tumpeng diletakkan di serambi Masjid Agung Solo. Usai didoakan oleh para ulama keraton, tumpeng sewu kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir.
Sebelumnya, Pangageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo mengatakan Hajat Dalem Kirab Malam Selikuran pada tahun ini mengambil rute mulai dari Kraton menuju Masjid Agung.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang rutenya dari Kraton menuju Kebon Rojo (Sriwedari).
"Karena kawasan Sriwedari sedang dibangun jadi rutenya dirubah dari Sasana Sewaka menuju Masjid Agung sekitar pukul 20.00 WIB. Mau di Sriwedari atau di Masjid Agung tidak masalah," pungkasnya.
- Tahun Baru Imlek Kumpul Bersama Keluarga dan Makan Bersama
- BPK Jateng Perkirakan Prasasti Kuno di Rembang dari Tahun 1876
- Lontong Opor Ayam Sajian Khas Cap Go Meh Klenteng Hok Tik Bio Blora