- BPJPH Temukan Produk Pangan Olahan Mengandung Unsur Babi, Ini Produknya
- Dinkesda Blora Imbau Masyarakat Cegah Diare Saat Rayakan Lebaran
- Jelang Idul Fitri, Walkot Tegal Gelar Operasi Makanan
Baca Juga
Menu yang disajikan kepada siswa pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Pekalongan dipastikan telah memenuhi standar gizi yang ditetapkan.
Dengan sasaran 6.000 siswa dari tingkat TK hingga SMA sederajat, program ini dirancang untuk mendukung tumbuh kembang anak dan meningkatkan konsentrasi belajar di sekolah.
Ahli gizi dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dapur MBG wilayah Kecamatan Pekalongan Barat, Erni Setyo Kurnia Sari mengungkapkan bahwa, program MBG yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto ini resmi dimulai di Kota Pekalongan sejak Senin (17/2) lalu.
Menurutnya, dalam pelaksanaan program MBG, selain kepala SPPG yang ditunjuk oleh Badan Gizi Nasional (BGN), setiap dapur makan atau SPPG juga dikawal oleh seorang ahli gizi dan akuntan.
Mereka mengawasi ketat kualitas gizi hingga kelancaran distribusi paket makanan yang dibagikan kepada siswa. Tak hanya itu, mereka juga mengawasi standar kebersihan, pengelolaan gizi dan pengolahan limbah di setiap dapur MBG dengan ketat.
"Sebelum proses memasak menu makanan, kami memastikan bahwa alat dan bahan yang digunakan steril, orang yang memasak (chef) juga memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap. Kemudian, kami juga memantau langsung proses pencucian, memasak, pengemasan hingga distribusi makanan agar tidak ada hewan, barang asing maupun bahan tambahan makanan yang tidak sehat seperti MSG berlebihan atau pemanis buatan di dalam makanan tersebut,"jelas perempuan yang akrab disapa Nia tersebut saat ditemui di SPPG Dapur Wilayah Kecamatan Pekalongan Barat, Prambanan Catering Kota Pekalongan, Kamis (27/2).
Disampaikan Nia, usai makanan matang, dirinya melakukan uji sampel makanan dengan mencicipinya untuk memastikan pemenuhan Quality Control (kualitas produk sesuai standar yang ditetapkan).
Dalam proses penakaran menu makanan juga disesuaikan dengan kebutuhan gizi setiap jenjang sasaran. Sehingga, kandungan gizi pada porsi menu makanan yang diterima setiap anak ini harus mengandung zat gizi makro dan mikro yang cukup.
Kombinasi nasi, lauk protein seperti ayam, ikan, daging, atau tahu-tempe, serta sayuran dan buah telah memenuhi standar gizi yang dibutuhkan anak usia sekolah.
Pada saat hendak distribusikan ke sekolah-sekolah, ia juga memberikan surat jalan sebagai bukti bahwa makanan itu memenuhi standar gizi dan bisa diantarkan ke sekolah.
Adapun packaging menu makanan yang disalurkan ke sekolah-sekolah menggunakan wadah berbahan tray yang bisa dicuci berulang untuk mengurangi penggunaan sampah plastik.
"Dari porsi setiap jenjang sasaran juga kami sesuaikan dengan kebutuhan gizinya. Misal, porsi nasi untuk anak TK dan SD sekitar 100 gram, anak SMP dan SMA sekitar 150 gram. Lauk untuk pemenuhan protein hewani, sayur hingga buah juga dibedakan. Menu makanan yang diberikan juga setiap harinya dibuat variasi agar penerima manfaat program MBG tidak merasa bosan dan mengurangi pembuangan sisa makanan yang sangat disayangkan,"tuturnya.
Sementara itu, Sanitarian Muda pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan, Maysaroh menambahkan, jajaran Dinkes juga diminta untuk mengawal keamanan pangan program MBG agar pemenuhan gizi anak bisa tercapai dan tidak menyebabkan anak-anak sekolah sebagai penerima manfaat keracunan atau sakit.
Ia menyebut, saat ini untuk program MBG di Kota Pekalongan baru ada 2 dapur makan MBG atau SPPG yang bekerja sama dengan Prambanan catering untuk wilayah Kecamatan Pekalongan Barat dan Catering Ibu Bahiyah untuk wilayah Kecamatan Pekalongan Utara.
"Kami lakukan pemantauan mulai dari sisi kebersihan lingkungan di dapurnya terkait proses penyimpanan bahan pangan, proses memasak, hingga penyajiannya. Kemudian, pekerja yang memasaknya juga diberi pelatihan supaya makanan yang disajikan aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan penyakit. Bahan pangan yang hendak digunakan juga dilakukan uji laboratorium, sampel makanan dan usap alat untuk mengecek higiene dan sanitasinya,"beber Maysaroh.
Selama 10 hari program MBG berlangsung di Kota Pekalongan, Maysaroh mengaku bersyukur belum ditemukan kasus anak yang mengalami keracunan. Memang sempat ada yang melaporkan kasus alergi pada anak. Namun, alergi ini tidak terjadi pada setiap anak.
"Sehingga, kami koordinasi dengan satuan pelaksana (satpel) saat mereka menyajikan menu yang kemungkinan menyebabkan alergi seperti makanan berbahan dasar ikan, ataupun udang bisa langsung diinformasikan kepada sekolah. Dengan begitu, sekolah bisa mengambil tindaklanjut, peserta didiknya yang alergi terhadap bahan makanan tertentu akan dipisah dan tidak mendapatkan menu MBG yang menyebabkan ia alergi atau bisa diganti dengan menu lain,"tandasnya.
- Wawalkot Tegal Belajar Membatik di Museum Batik Pekalongan
- Hadiri Muskomwil III APEKSI, Dedy Yon Bahas Strategi Penanganan Sampah
- BPJPH Temukan Produk Pangan Olahan Mengandung Unsur Babi, Ini Produknya