Naiknya Nilai Dollar, Peternak Terancam Gulung Tikar

Para peternak di Kabupaten Banyumas mengeluhkan dampak kenaikan dolar yang berimbas pada kenaikan harga pakan ternak. Kenaikan harga pakan ini, tidak bisa langsung diimbangi dengan kenaikan harga daging ayam maupun telur.


Peternak ayam di Desa Pegalongan, Kecamatan Patikraja, Rahmat mengatakan, harga pakan ayam, jagung misalnya naik dari Rp 5 ribu per kilogram menjadi Rp 5.500 per kilogram.

Kemudian harga konsentrat atau voor untuk ayam petelur juga mengalami kenaikan dari Rp 5.200 menjadi Rp 5.650 per kilogram. Sementara harga konsentrat untuk ayam pedaging juga mengalami kenaikan cukup tinggi. Jika semula dihargai Rp 6.700 per kg, saat ini naik Rp 7.000 per kg.

ʺHarga ayam dan telur sekarang masih sama, belum ada kenaikan, karena baru turun belum lama. Jadi kalau nanti habis panen, harga ayam dan telur tetap tidak ada kenaikan, dipastikan banyak peternak yang gulung tikar,ʺ kata Rahmat, Selasa (11/9).

Rahmat menyatakan, ia memilih untuk berhenti terlebih dahulu, setelah panen bulan September ini. Sambil menunggu nilai tukar rupiah menguat dan harga pakan ternak kembali normal.

Harga telur ayam saat ini masih Rp 17.000 hingga Rp 18 ribu per kilogram di tingkat peternak. Sedangkan di pasar, dijual pada kisaran Rp 22 ribu-Rp 23 ribu per kilogram. Rahmat mengatakan, jika kenaikannya hanya pada jagung, peternak masih bisa bertahan. Tapi karena harga konsentrat juga naik, maka menjadi berat.

Sedangkan untuk harga daging ayam ras, di pasaran wilayah Banyumas saat ini kisaran Rp 33 ribu - Rp 34 ribu per kilogram. Menurut Rahmat, harga di pasaran sangat  berbeda dengan harga di tingkat peternak, karena ayam yang dijual peternak masih dalam kondisi hidup. Di tingkat peternak, harga ayam paling tinggi hanya  Rp 19 ribu per kilogram.

ʺJika setelah kenaikan harga konsentrat dan jagung, harga daging ayam tidak mengalami kenaikan, maka bisa dipastikan usaha ternak akan mengalami kerugian dan bahjkan bangkrut, jadi lebih baik kami berhenti ternak dulu,ʺ tuturnya.