New Delhi Sebagai Ibukota Paling Tercemar Di Bumi

Laporan terbaru Greenpeace Asia Tenggara menyebutkan polusi udara telah menyebabkan sekitar 160.000 kematian dini di lima kota terpadat di dunia tahun lalu.


Laporan terbaru Greenpeace Asia Tenggara menyebutkan polusi udara telah menyebabkan sekitar 160.000 kematian dini di lima kota terpadat di dunia tahun lalu.

Kelompok tersebut mengatakan, di antara banyak wilayah di dunia, yang terkena dampak paling parah adalah New Delhi.

Mereka mengatakan itu sebagai ibu kota paling tercemar di bumi. Sekitar 54.000 kematian diperkirakan terjadi karena partikel udara PM 2.5 yang berbahaya.

Di Tokyo, kematian mencapai 40.000 dan sisanya tersebar di Shanghai, Sao Paulo dan Mexico City, menurut laporan tersebut, yang mengamati dampak materi PM 2.5 mikroskopis yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.

Ketika pemerintah memilih batu bara, minyak dan gas daripada energi bersih, kesehatan kitalah yang menanggung akibatnya,†kata Avinash Chanchal, juru kampanye iklim di Greenpeace India, seperti dikutip dari AFP, Kamis (18/2).

Partikel PM2.5 dianggap paling berbahaya bagi kesehatan. PM 2.5 atau Particulate Matter 2,5 adalah artikel halus di udara yang ukurannya 2,5 mikron. Mereka merusak jantung dan paru-paru, dan meningkatkan kemungkinan serangan asma yang parah. Beberapa penelitian telah mengaitkan paparan PM 2.5 dengan risiko kematian yang lebih tinggi akibat Covid-19.

Delhi, misalnya, mengalami transformasi dramatis untuk periode tahun lalu ketika pembatasan diberlakukan.

Namun demikian, Greenpeace mendesak pemerintah agar menempatkan investasi dalam energi terbarukan di jantung rencana pemulihan dari penurunan ekonomi yang dipicu pandemi.

Untuk benar-benar membersihkan udara kita, pemerintah harus berhenti membangun pabrik batu bara baru, menghentikan pabrik batu bara yang ada, dan berinvestasi dalam pembangkit energi bersih, seperti angin dan matahari,†kata Aidan Farrow, ilmuwan polusi udara dari grup tersebut.