Omzet Anjlok, Pengrajin Rambak Ikan Batang Bingung Jualan di Masa PPKM

Bupati Batang Wihaji mengunjungi pengrajin rambak ikan yang terdampak Pandemi Covid-19. RMOL Jateng9
Bupati Batang Wihaji mengunjungi pengrajin rambak ikan yang terdampak Pandemi Covid-19. RMOL Jateng9

Yesi Endang Susilowati warga RT 2 RW 3, Kelurahan Proyonanggan Utara, kecamatan Batang, tidak menyangka pandemi Covid-19 menghantam usaha kerupuk kulit ikannya atau rambak ikan.


Istri nelayan itu bercerita memulai usaha rambak ikannya sejak lima tahun lalu. Dulu, per hari ia bisa mengolah lima kilogram kulit ikan baik ikan Remang maupun Buntal untuk dijadikan rambak.

"Sejak pandemi hanya bisa satu kilogram kulit ikan yang kami bikin. Sejak PPKM atau setengah bulan ini malah hanya terjual empat," kata Yesi di kediamannya, Senin (9/8).

Ibu tiga anak itu biasa menjual rambaknya ke rest area tol, toko oleh-oleh di Batang serta Pekalongan dan beberapa warung.

Ia mengemas produknya menjadi dua jenis yaitu kemasan besar seharga Rp15 ribu-an dan kecil Rp2.000-an.

Dalam sebulan, sebelum pandemi, Yesi bisa mendapatkan untung hingga Rp3 juta dari hasil penjualan 10-15 bungkus per toko.

"Sekarang, susah, engga tentu," katanya kepada Bupati Batang Wihaji yang mengunjunginya.

Yesi tidak meminta tambahan modal, tetapi justru akses pemasaran yang lebih luas di tengah pandemi, semisal penjualan di mini market modern.

Produknya sudah memiliki sertifikat PIRT dan label Halal dari MUI.

Bupati Batang Wihaji menyatakan mempunyai program baru untuk UKM yaitu Nglarisi Dagangan.

Ia meminta seluruh instansi baik negeri atau swasta di Batang untuk membeli produk UKM asli Batang.

"Saya akan membuat surat edarannya," ucapnya.

Dalam kunjungannya, Bupati Batang Wihaji memborong produk rambak Yesi dan dilebihkan untuk modal.