Mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari petugas kepolisian, Ketua DPC Peradi Surakarta Badrus Zaman siap membuat laporan resmi ke Polresta Surakarta.
- Damkar Blora Berhasil Evakuasi Anak Sapi Tercebur Sumur
- Tersengat Listrik, Warga Kaligondang Purbalingga Jatuh dari Pohon Hingga Meninggal
- Bhikkhu Thudong Diberi Untaian Bunga Sedap Malam Di Candi Borobudur
Baca Juga
Mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari petugas kepolisian, Ketua DPC Peradi Surakarta Badrus Zaman siap membuat laporan resmi ke Polresta Surakarta.
Menurut Badrus, awal kejadian pada Kamis, (8/10) sekira pukul 20.00 WIB. Saat itu petugas melakukan razia di perbatasan Sukoharjo dan Solo, tepatnya di seputaran pasar Kleco. Petugas melakukan razia usai aksi demo di Kartosuro.
Razia tersebut memancing keingintahuan masyarakat sekitar. Badrus yang sedang dalam perjalanan dari rumah menuju ke Solo kemudian menghentikan kendaraannya dan turun bergabung dengan warga di seberang jalan lokasi razia.
"Saya dan warga sekitar hanya melihat dari kejauhan. Namun tiba-tiba di datangi petugas di suruh bubar," jelas Badrus kepada awak media, Kamis (8/10) malam.
Sontak warga berlarian, hanya tinggal Badrus seorang diri di dekat warung. Petugas langsung mendekat dan akan membawa dirinya untuk dimintai keterangan. Padahal saat itu dirinya tidak bertindak apapun yang melanggar hukum.
Sampai akhirnya Badrus dikeliingi sekitar 10 orang yang memaksanya untuk dibawa dan dimintai keterangan.
Dalam kondisi terdesak dirinya berupaya bertahan dan mengatakan bahwa dirinya seorang pengacara sekaligus Ketua DPC Peradi Surakarta.
Namun mereka tetap memaksanya untuk ikut. Bahkan HP-nya sempat diminta namun Badrus tetap pertahankan. Badrus bahkan sempat diseret dan didekap petugas, namun dirinya menolak sampai masker yang digunakan terlepas.
"Tindakan (polisi) itu jelas tidak profesional," tegas Badrus.
Setelah suasana agak mereda, dua anggota Resmob datang dan mengajaknya ke seberang (dekat lokasi razia). Kemudian bertanya isi dalam HP Badrus, apakah ada rekaman atau foto saat petugas menggelar razia.
"Setelah agak mendo (tenang) saya dibawa ke seberang. HP saya minta dibuka, saya tunjukkan tidak ada sama sekali rekaman atau foto," tandasnya.
Badrus sebut malam ini juga akan membuat laporan resmi ke Polres Surakarta dan menuntut permintaan maaf secara resmi dan terbuka kepada dirinya secara pribadi dan juga institusi (Peradi) karena dirinya juga ketua DPC Peradi Surakarta.
"Saya tidak ada kaitan apapun kemudian diperlakukan seperti itu sampai diseret. Sejak awal saya sudah beritikad baik dengan menunjukkan KTP bahwa saya warga setempat. Bahkan saya tunjukkan kartu anggota Peradi, tetap tidak ada respon. Mereka terus berupaya memaksa saya agar ikut," pungkasnya.
Sementara itu Kapolresta Surakarta, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak saat dikonfirmasi awak media, Kamis malam membenarkan saat itu memang anggotanya sedang melakukan razia di perbatasan.
"Razia itu dalam rangka sekat luberan massa dari Kartasura pasca pembubaran massa yang melakukan unjuk rasa di seputaran Bundaran Simpang Tugu Kartasura," jelasnya.
Namun, mantan Kapolres Karanganyar ini belum bersedia memberi pernyataan terkait tindakan anggotanya yang dinilai tidak profesional terhadap salah satu pengacara saat razia terjadi.
- Personel Gabungan TNI-Polri Sukses Amankan Kunker Presiden di Karanganyar
- Jatuh ke Lereng Ladang, Seorang Kakek Warga Purbalingga Tewas
- Hujan Guyur Semarang Sore Ini, Masyarakat Unggah Kegembiraan Mereka Ke Medsos