Pasutri Ini Bangun Griya Quran Al-Lathief di Ngablak Kabupaten Magelang dari 'Sayur Barokah'

Pernah Hidup di Jalan

Perjuangan suami istri (pasutri) warga Dusun Deles, Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang ini bisa terbilang jarang ditemui di jaman sekarang.


Menyingkirkan jauh-jauh ego dan keserakahan duniawi, keduanya berhasil membentuk satu 'wadah' kegiatan sosial sekaligus tempat bagi penghafal Al Qur'an, yakni Yayasan Pesantren Masyarakat Merbabu Telomoyo didalamnya terdapat Griya Yayasan Penghafal Al Quran. 

Diceritakan Gunarianto (40) atau biasa disapa Mas Gun beserta istri, Dwi Sari (37), diawali dari hasil panen melimpah ruah namun jika dijual harganya anjlok ia akhirnya mensedekahkan sebagian sayur-mayur ke warga membutuhkan. 

Sebelumnya, Mas Gun awalnya dari kehidupan mengalami dalam kondisi susah. Bahkan pernah merasakan hidup di jalanan dan keluarga kurang berada. Dari situasi itu ia belajar berbagai hal bisa berbagi dengan sesama. 

Sampai akhrinya, ia bertani di kawasan Dusun Deles, Desa Jogonayan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. 

Bermodal dari lahan sistem sewa luas mencapai 2000 meter dengan uang sewa tiap tahun Rp6 juta berbagai sayur mayur pernah ia tanam. 

Sampai akhirnya, memasuki Covid-19 tahun 2020-2021 silam sayuran mayur yang ia tanam dengan hasil melimpah namun harga jual yang tidak sebanding dengan proses tanam alias anjlok. 

"Saat itu, harga sayuran mayur anjlok akhirnya kita sedekahkan ke warga yang membutuhkan. Itu kalau tidak salah lima tahun lalu," kata Mas Gun ditemui di kediamannya, Minggu (12/2). 

Didorong keinginan hasil panen tidak terbuang jadi sayur mayur tadi disedekahkan Mas Gun dan istri, ke masyarakat yang membutuhkan. 

Sampai akhirnya, terbentuk nama satu wadah 'Sayur Barokah'. Tak ingin hanya sekadar proses menyalurkan bantuan saja, Mas Gun dan istri menerapkan tiga sistem yakni Hratis  Infak dan Event Sayur Iklas. 

"Sampai akhirnya, bersumber dari 'Sayur Barokah' berjalan lima tahunan ini kami berhasil mendirikan Griya bagi Penghafal Al Quran tahun lalu," ungkapnya. 

Dengan kepopuleran sistem 'Sayur Barokah', berjalannya waktu, sistem 'Sayur Barokah' juga menggandeng para pedagang melakukan cara yang sama. Sampai akhirnya, sayur dari Deles singgah ke tempat berbagai lokasi bencana dan Panti Asuhan di tanah air. 

Dari 'Event Sayur Iklas' dengan semboyan 'Ambil Secukupnya Infaq Seikhlasnya', Mas Gun dan istrinya mengimpikan membangun sebuah gedung dengan kemanfaatan bagi umat. 

Jadi gedung di atas lahan tak lebih dari 60 meter persegi berdiri bangunan dua lantai berada di ketinggian 1.293 meter di atas permukaan laut, tepat di lereng Gunung Merbabu.

"Proses pembangunan delapn bulan berjalan, dengan menggunakan dana 50 persen milik pribadi saya dan istri ditambah, sumbangan berbagai pihak sampai akhirnya berdirilah Griya Quran Al-Lathief Deles," terangnya. 

Ada cerita sendiri, Mas Gun dan istri mendirikan Griya Quran Al-Lathief Deles ini. Diawali banyaknya warga mengaji di rumah pribadi, namun sarana prasarana dengan tempat tidak terlalu luas. Hal ini semakin diperkuat banyaknya komunitas datang sambil bersantai dan merokok di rumahnya berbahan bambu. Hingga akhirnya Mas Gun memohonlah kepada Allah SWT untuk bisa membangun Griya Quran Al-Lathief Deles. 

"Alhamdulillah, seorang warga yang saat itu membutuhkan dana cepat menawarkan tanahnya agar dibeli Mas Gun seharga Rp25 jutaan. Sampai akhirnya, bangunan sederhana nan kokoh memiliki fungsi sekaligus mencetak penghafal Al Quran sejak dini," terang dia. 

Perjalan mendirikan griya ini diakui Mas Gin sangat berliku. Namun, bangunan dia lantai multi fungsi itu ternyata juga disulap sebagai tempat kegiatan baksos ia dan istri. 

Bahkan, seringnya ia dikunjungi berbagai kelompok masyarakat termasuk kalangan mahasiswa tengah menempuh Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Alhasi, jadi Griya Quran Al-Lathief Deles juga sebagai tempat menginap dadakan secara gratis. 

Berangkat dari kemurahan hati pasutri, mereka datang mendapatkan bonus makan minum gratis. 

Di Griya Quran Al-Lathief Ndeles ini, juga menjadi tempat pendidikan Al Qur'an dengan kelompok usia 3-5 tahun sebanyak 13 orang, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 18 orang dan sisanya ibu rumah tangga warga sekitar Mas Gun tinggal. 

"Seluruhnya berasal dari warga sekitar, ada juga dari Kopeng, Ngablak hingga Salatiga. Setidaknya, Griya ini sudah berjalan delapan bulan," pungkasnya. 

Merangkul tenaga pengajar dari Kecamatan Getasan, Kopeng, Kabupaten Semarang dan Deles, Kabupaten Magelang tak tanggung-tanggung lulusan Griya Qur'an Al-Lathief akan mendapatkan sertifikat dan dibantu melanjutkan pendidikan ke sejumlah sekolahan. 

Tahun ini Griya Qur'an Al-Lathief meluncurkan beasiswa Tafid untuk SMP dan SMA sebanyak lima orang dengan wajib menginap dan dititipkan di Darul Husna, Salatiga. 

"Kami utamakan kalangan anak Duafah dan yatim piatu. Kembali lagi, seluruh biaya kami tanggung berasal dari 'Sayur Barokah'," imbuhnya. 

Mas Gun mengakui, semata-mata ingin memberdayakan warga meski masyarakat sekitar kurang mendukung karena dari sisi kehidupan sosial sebagian besar diakui keduanya sudah mapan.

Seorang warga Salatiga Sahabat kegigihan pasutri ini, 

Rugaya Renwarin SH MM, seorang Dosen di sebuah Perguruan Tinggi IsIam terbesar di Salatiga sekaligus pensiunan Polri dengan pangkat terakhir AKBP mengaku sangat kagum. 

"Sosok anak muda yang memiliki pemikiran ingin menyejahterakan orang banyak, itu luar biasa. Kegigihannya berbuat bagi umat patut menjadi tauladan," ucap Rugaya. 

Ia berharap, Griya Qur'an Al-Lathief Deles bisa menampung dan mencetak banyak pemuda penghafal Al Qur'an.