Patut Dikenang, Pegiat Literasi Batang Kenalkan KH Ahmad Rifa'i Lewat Novel dan Film Dokumenter

Launching film Dokumenter Mencari Jejak Mbah Rifa'i di Kabupaten Batang oleh pegiat Literasi Batang. Foto : Bakti Buwono
Launching film Dokumenter Mencari Jejak Mbah Rifa'i di Kabupaten Batang oleh pegiat Literasi Batang. Foto : Bakti Buwono

Komunitas Pegiat Literasi (Pelita) Batang melaunching sebuah film dokumenter dan novel tentang sosok Kiai Haji Ahmad Rifa’i.


Pahlawan nasional asal Kabupaten Batang itu adalah ulama besar yang melawan penjajah Belanda dengan dakwah dan karya tulisnya. Beliau menulis sekitar 60 kitab di Kabupaten Batang, khususnya di Desa Kalisalak, Kecamatan Limpung, pada abad ke-19.

Beliau juga menjadi tokoh sentral organisasi keagamaan Rifaiyah, yang memiliki anggota di seluruh Indonesia.

Namun, Kiai Rifa’i masih kurang dikenal oleh masyarakat Kabupaten Batang, bahkan di lingkungan pendidikan. Padahal, beliau sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sejak tahun 2004.

Karena itu pula, film berjudul 'Mencari Jejak Mbah Rifa’i di Kabupaten Batang' ini diharapkan bisa menjadi media edukasi bagi generasi muda, agar mengenal dan menghormati jasa-jasa beliau.

“Kita sudah menemukan sejarah baru tentang pahlawan nasional yang dari Batang. Saya minta nanti diedukasi ke masyarakat juga ke sekolah-sekolah agar seluruh masyarakat, termasuk anak-anak di kita tahu bahwa ada pahlawan nasional yang namanya Ahmad Rifa’i yang itu berasal dari Batang,” kata Pj Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki usai launching Film Dokumenter yang diputar perdana di Aula Kantor Bupati Batang, Rabu (27/12).

Ketua PP Rifaiyah, KH Mukhlisin Muzarie, mengapresiasi upaya Komunitas Pegiat Literasi Batang dalam mengangkat kisah hidup dan perjuangan Kiai Rifa’i.

Menurutnya, Kiai Rifa’i adalah ulama yang berani menantang penjajah Belanda dengan ilmu dan dakwahnya.

“Beliau memang lahir dari Batang, tapi kiprahnya banyak di Batang. Puluhan tahun beliau berjuang di Batang dalam masa pemerintahan kolonial Belanda. Beliau terancam nyawa dan sebagainya, tapi tetap gigih berjuang,” kata KH Mukhlisin Muzarie.

KH Mukhlisin Muzarie juga menjelaskan bahwa Kiai Rifa’i mendirikan pondok pesantren di Kalisalak, kemudian ditangkap dan diasingkan ke luar Pulau Jawa. Tepatnya di Ambon.

Kemudian makamnya ditemukan di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara ratusan tahun berselang.

“Saya mendapatkan sebuah kesan yang mendalam. Sekarang pemerintah Kabupaten Batang memberikan perhatian yang sangat besar sehingga melahirkan sebuah film dokumenter,” ucapnya.

Film dan novel Mencari Jejak Mbah Rifa’i di Kabupaten Batang menghadirkan tokoh-tokoh yang menjadi narasumber, di antaranya Ketua PP Rifaiyah KH Mukhlisin Muzarie, Akademisi Prof Abdul Djamil, Ketua PD Rifaiyah Kabupaten Batang Nur Khamid, Kades Kalisalak Setiadi, dan tokoh pembatik Miftakhutin.