Keputusan Facebook untuk melonggarkan kebijakannya tentang aturan yang mengizinkan ujaran kebencian untuk Rusia membuat sejumlah pihak khawatir, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
- Dunia Didorong Bantu Negara Berkembang Produksi Vaksin Covid-19
- Adik Kim Jong-un Sambut Usul Presiden Korsel Soal Deklarasi Resmi Berakhirnya Perang Korea
- Pemerintah Australia Sebut Novak Djokovic Punya Catatan Sejarah Langgar Prokes
Baca Juga
Dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, mengatakan dalam kebijakan terbarunya bahwa platform tersebut sekarang akan mengizinkan ujaran kebencian, seperti kekerasan terhadap invasi Rusia atau untuk kematian Presiden Vladimir Putin.
"Ini jelas merupakan masalah yang sangat, sangat kompleks, tetapi menimbulkan beberapa kekhawatiran di bawah ketentuan hukum hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional," kata juru bicara kantor hak asasi PBB Elizabeth Throssell kepada wartawan di Jenewa, seperti dikutip dari AFP, Jumat (11/3).
Dalam pernyataannya Kamis, Meta menunjuk pada invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari.
"Kami untuk sementara mengizinkan bentuk ekspresi politik yang biasanya melanggar aturan kami seperti pidato kekerasan seperti 'matikan penjajah Rusia'," kata platform milik Mark Zuckerberg tersebut.
Throssell memperingatkan bahwa kebijakan baru tersebut tidak memiliki kejelasan, yang akan berpotensi pada ujaran kebencian yang ditujukan pada orang Rusia secara umum.
“Itu akan sangat mengkhawatirkan,” katanya, menambahkan bahwa kantor hak asasi PBB berencana untuk menyampaikan keprihatinannya dengan Meta.
“Kami mungkin mendorong mereka untuk melihat bahaya tertentu yang datang dengan perubahan kebijakan ini,” ujarnya.
Throssell mengakui bahwa masalah ini rumit secara hukum dan masalah kebebasan berbicara juga perlu dipertimbangkan.
Ini membutuhkan lebih banyak analisis dari pihak kami, dan juga lebih banyak informasi dari Meta," ujarnya.
- Narendra Modi Kancil Yang Gesit Bergerak Saat Artificial Intelligence Action Summit Di Paris
- Jutawan Israel Dituding Jadi Mata-mata Karena Terkait Dengan Intel Iran
- Nicky Minaj Bersiap Datang Jika Dipanggil Gedung Putih