Pedagang Asli Johar Utara Masih Tak Terima Lapaknya Ditempati Pedagang Lain

Polemik perpindahan pedagang Pasar Johar masih terus berlanjut. Pedagang ex Johar Utara yabg merasa terusir dari lapak lamanya masih merasa tidak terima dengan hasil keputusan dari Dinas Perdagangan. Pasalnya hanya segelintir pedagang asli Johar Utara yang bisa menempati lokasi tersebut. Sedangkan pedagang Johar Utara lainnya harus terlempar ke SCJ.


Bahkan pedagang Johar Utara yang merasa tidak terima juga meminta Lembaga Bantuan Hukum (LBH) untuk membantu mereka memperjuangkan hal tersebut, bahkan mereka menilai pengundian dirasa tidak adil.

"Pengundian ini harusnya dibuat terbuka jadi layout dan aplikasinya harus disampaikan, tapi kenyataannya setelah tiga hari baru disampaikan, jadi ada yang dapat ganda notifikasinya," kata salah satu anggota LSM, Agus Riyadi, Selasa (26/10).

Agus menyesalkan janji Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, dinilai tidka dipenuhi. Pasalnya sampai sekarang masih banyak pedagang yang belum mendapat lapak. Bahkan ada dugaan jual beli lapak yakni satu lapaknya bisa dijual antara Rp 120 juta sampai Rp 150 juta.

"Pedagang yang awalnya memiliki lapak lebih dari satu, kini hanya dapat satu. Dan bukti kepemilikan diminta oleh dinas terkait. Untuk itu pedagang minta tolong untuk dimediasi, termasuk dugaan jual beli lapak ini bisa diusut," jelasnya.

Sementara itu sekitar 70 pedagang pada hari ini sengaja datang ke Pasar Johar Utara karena mendengar petugas Dinas Perdagangan akan datang untuk mengecek proses perpindahan pedagang yang dijadwalkan selesai pada hari ini. Namun setelah di tunggu, rupanya tidak ada satupun petugas yang datang.

Pedagang sengaja menunggu petugas Disdag yang akan datang ke Johar untuk meminta kejelasan. Pedagang masih belum terima karena yang menempati Johar Utara justru pedaganh lain yang rata-rata berasal dari Pasar Murah (PM), Kanjengan dan Yaik.

"Kami memang sengaja datang karena kabarnya petugas Disdag mau datang untuk meninjau tapi nyatanya gak jadi," kata salah seorang pedagang bernama Luki.

Luki mengatakan ingin meminta kejelasan tentang nasib pedagang yang terbuang. Mereka tetap menuntut untuk kembali ke Johar Utara.

Selain Luki, pedagang lain bernama Marsinah meminta Disdag kembali mengecek pengundian online. "Saya kecewa banget, lha kok yang menempati lapak bukan pedagang aslinya situ," keluhnya.

Senada, Parman salah seorang pedagang asli Johar Utara juga meminta dilakukan pengecekan ulang atas undian online yang telah dilakukan. Terlebih Parman mengaku sudah berjualan di Johar Utara sejak tahun 1984.

"Sudah lama nempatin disini kalau ditempatin orang lain kok aneh rasanya apalagi mereka orang baru atau orang diluar Johar," ungkapnya.