Permasalahan antara pedagang Pasar Johar yang merasa terbuang ke Shopping Center Johar (SCJ) dengan Pemkot Semarang hingga kini belum berakhir. Pedagang Johar Utara yang tetap pada pendirian mereka tidak mau menempati SCJ dan minta dikembalikan ke Johar Utara, membuat Pemkot Semarang mencari solusi terbaik agar permasalahan segera tuntas dan pedagang merasa puas.
- Pengusaha Medan Ditawari Tanam Modal di Kota Semarang
- Pembangunan Kota Semarang Jadi Magnet Investor
- Kasus DB di Kota Semarang Meningkat, 23 Penderita Meninggal Dunia
Baca Juga
Asisten II Wali Kota Semarang, Widoyono, mengatakan jika dari 3.802 pedagang yang sudah teregistrasi dalam aplikasi E-Pandawa, ada sekitar 1.000 pedagang yang sudah mendapat notifikasi tempat dan pengesahan. "Tentu yang 1.000 ini kami harapkan bisa segera menepati lapaknya," kata Widoyono, Sabtu (16/10).
Tak dipungkiri memang banyak pedagang yang protes ke Pemkot Semarang lantaran merasa terbuang dari Johar Cagar Budaya. Hal ini terjadi karena ada aturan pengurangan kapasitas di bangunan cagar budaya tersebut. Pedagang yang terbuang pun nantinya akan diakomodir untuk menepati Johar Utara, Tengah, Selatan, atau Kanjengan.
"Logikanya dulu Johar Utara kiosnya ada 400 tapi sekarang ada 51. Nah yang 300 pedagang yang tidak dapat sama sekali itu akan kita akomodir untuk dapat tempat di Johar Utara, Tengah, Selatan, atau Kanjengan," bebernya.
Terkait dengan pengosongan Johar Utara di Lantai 2 bagian sayap timur dan barat, Widoyono mengatakan hal itu merupakan kebijakan dari Kementerian PUPR selaku pemegang proyek pembangunan. Ada pertimbangan kapasitas pedagang karena dipengaruhi kekuatan bangunan.
"Jadi dengan aturan tersebut kapasitasnya kemudian berkurang, lantai 2 tidak boleh ditempati," imbuhnya.
Sedangkan untuk SCJ, lanjut dia, diperkirakan akan ada 1.000 lapak untuk pedagang yang akan di tempatkan di lantai 3 sampai 6. Namun karena pada bulan Desember nanti baru akan dilakukan pembangunan, diprediksi baru akan bisa ditempati pada April tahun depan. "Mungkin April nanti baru bisa ditempati," ujarnya.
Selain itu Widoyono meminta agar pedagang bisa kompak, misalnya melalui PPJP ataupun perwakilan pedagang dan tidak berjalan sendiri-sendiri, karena merasa tidak puas dengan pengurus. Seperti diketahui ada beberapa perwakilan pedagang yang mengadukan masalahnya sendiri-sendiri.
"Ada yang langsung komplain ke Pemkot, karena tidak puas. Nah kita minta kompak, PPJP sebenarnya sudah kami berikan sosialisasi. Harapannya bisa diteruskan ke anggotanya dan menjadi jembatan komunikasi," ujar dia.
Meski terkesan berjalan sendiri-sendiri, Pemkot kata dia tetap mengakomodir keluhan pedagang. Widoyono juga meminta agar PPJP bisa mendesak anggotanya segera bisa menempati lapak baru jika memang sudah tidak ada masalah.
"Kalau sudah pindah nanti bisa dievaluasi kekurangannya apa, kita juga bisa persiapkan pengundian tahap kedua," terangnya.
Menurut informasi jumlah pedagang yang terlempar dari Johar Utara pun diprediksi akan bertambah. Lantaran banyak pedagang yang tidak masuk ke grup WhatsApp Paguyuban pedagang.
"Saya harap pengundian bisa dilakukan kembali dan lebih terbuka, harapannya tentu pedagang yang tadinya di Johar Utara bisa kembali," kata salah seorang pedagang Johar Utara, Sinta.
Dirinya mengaku kecewa lantaran namanya terlempar ke SCJ. Padahal pasca terjadi kebakaran 2015 lalu, ia terus berjuang bertahan karena menjadi korban kebakaran. Pun dengan pedagang lainnya yang meminta agar tidak menempati SCJ dan berharap bisa kembali ke Johar Utara.
"Kita korban kebakaran, kita terus berjuang bertahan dan harapannya Dinas bisa mengembalikan kami ke tempat lama," ujarnya.
- Pengusaha Medan Ditawari Tanam Modal di Kota Semarang
- Pembangunan Kota Semarang Jadi Magnet Investor
- Kasus DB di Kota Semarang Meningkat, 23 Penderita Meninggal Dunia