Pemberian Gizi Seimbang Pada Anak Jadi Kunci Terbebas dari Obesitas

Kasus obesitas pada anak di Kota Semarang pada bulan Januari hingga Maret 2023 tercatat ada 148 anak. Data tersebut didapatkan dari hasil screening petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang.


Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam mengatakan dari data yang ada pada tahun 2021 ada 1.120 anak yang mengalami obesitas. Sedangkan pada tahun 2022, angkanya meningkat menjadi 3.259 anak.

Hakam menjelaskan adanya peningkatan angka kasus dari tahun 2021 ke tahun 2022 belum tentu menunjukkan adanya kenaikan. Pasalnya, Dinkes menurunkan personel screening lebih banyak sehingga hasil yang didapat juga semakin banyak.

“Jadi screening kita lakukan tiap minggu dan dapatnya pasti tambah banyak dan ini tidak mudah. Paling mudah di sekolah. Kalau di kampung tidak semudah itu. Universitas, kantor-kantor sudah mulai kami melakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, gula darah,” kata Hakam, Kamis (2/3).

Pihaknya menghimbau kepada masyarakat untuk bisa memperhatikan gizi seimbang untuk anak-anaknya. Makanan yang akan diberikan kepada anak-anak harus sesuai dengan program isi piringku yakni sepertiga nasi, sepertiga lauk dan sepertiga buah dan sayur. Tidak hanya gizi seimbang, namun juga diperlukan aktivitas fisik minimal 30 menit berjalan kaki.

“Tidak boleh yang namanya sedentary atau mager. Itu faktor risiko yang menjadikan obesitas,” jelasnya. 

Gizi seimbang dan aktivitas fisik tersebut tidak hanya berlaku bagi anak-anak saja melainkan juga berlaku untuk orang dewasa. Selain itu, ia juga menyarankan masyarakat yang sudah terlanjur mengalami obesitas untuk berkonsultasi dengan ahli gizi yang ada di masing-masing Puskesmas.

”Kalau anak setahun dua tahun sudah mulai aktif. Biarkan saja mereka aktif mbrangkang kesana kesini. Jangan banyak digendong, justru obesistasnya tidak bisa turun nanti,” ungkap Hakam. 

Hakam menjelaskan, orang yang dianggap obesitas yakni jika indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) nya berada diatas angka normal. IMT yang normal yakni berada pada kisaran angka 18,3 hingga 23, jika BMT sudah diatas 23 maka sudah masuk kedalam obesitas.

“Jadi kategorinya ada normal, berat badan berlebih, dan obesitas. Kalau ke bawah, ada normal, under weight, gizi buruk,” bebernya. 

Pihaknya sendiri saat ini tengah aktif menyasar pada kegiatan di Posyandu untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat. Ia merinci kegiatan Posyandu ini mulai dari balita, remaja hingga lansia yang dikemas dalam Posyandu Keluarga. Posyandu Keluarga ini diakukan secara door to door atau jemput bola untuk mengecek kesehatan masyarakat.

“Tapi memang capaiannya tidak banyak kalau door to door,” pungkasnya.