Pemindahan Ibu Kota akan Tekan Urbanisasi Jakarta

Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Andrinof Chaniago menilai pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur akan menekan angka urbanisasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya.


"Akan tetap eksis. Jakarta akan redup? Pulau Jawa juga akan redup? tentu saja tidak. Tidak ada yang dikhawatirkan," kata dia dalam Diskusi Multiperspektif yang digelar Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (UI), Rabu (26/10), dalam siaran rilisnya. 

Acara bertema 'Nasib Jakarta Tanpa Status Ibu Kota' juga menghadirkan para tokoh pada bidangnya seperti Prof Irfan Ridwan Maksum, Dr Yayat Supriatna dan Prof Paulus Wirutomo.

Dalam pandangannya, Andrinof mengatakan, pemindahan ibu kota ke Kaltim memberi peluang bagi Jakarta untuk berbenah diri. Tekanan urbanisasi ke Jakarta dan kota-kota di sekitarnya Tangerang, Depok, Bogor dan Bekasi atau (Bodetabek) akan menurun.

Dia menilai, urbanisasi tinggi ke Jabodetabek sebagai sumber munculnya berbagai masalah bagi kota Jakarta. Mulai soal sampah, kemacetan, polusi, banjir dan sebagainya.

"Suatu wilayah yang sebagian fungsinya dipindahkan ada impilikasi kewenangan. Tapi itu bukan masalah, kewenangan untuk mendukung urusan. Tetapi Jakarta tetap akan tumbuh terus dengan berbagai hal yang mendukung kemajuan kota," terang dia.

Andrinof yang juga pendiri gerakan Visi Indonesia 2033 menjelaskan, kapasitas Jakarta sebagai kota megapolitan tak ada berkurang. Termasuk sumber pendapatan utama yakni anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).

Menurut dia, dengan APBD sebesar Rp70 triliun lebih, Jakarta menjadi daerah yang memiliki anggaran sangat besar.

"Jakarta pegang Rp 70 triliun, provinsi lain paling dengan jumlah orang (warga) yang sama dengan Jakarta hanya Rp10 triliunan. Makanya sangat bisa peningkatan kualitas kota dengan sumber anggaran cukup. Jadi kapasitas potensinya besar sekali," jelas dia.

Dikatakan Andrinof, di sisi lain, sumber masalah struktural Jakarta adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi di kawasan pinggiran Jakarta, dengan tingkat pertimbuhan sekitar 3,5-4 persen per tahun.

"Kemudian dengan pemindahan itu, harus kita sambut dengan agenda menata Jakarta untuk menjadi berkualitas secara lingkungan, ekonomi dan sosial. Salah satu langkah strategis adalah dengan memperbanyak hunian vertikal dan membangun kawasan-kawasan terpadu. Jakarta harus menuju kota seperti Kota Taipei dan Singapura yang model huniannya didominasi oleh hunian vertikal," katanya.