Pengamat: Hasil Pemilu 2024 Hasil Proses Demokrasi

Pakar Politik Universitas Diponegoro Teguh Yuwono berkomentar terkait hasil Pemilu 2024 bahwa kemenangan pasangan calon merupakan kepercayaan rakyat terhadap figur pemimpin. RMOL Jateng
Pakar Politik Universitas Diponegoro Teguh Yuwono berkomentar terkait hasil Pemilu 2024 bahwa kemenangan pasangan calon merupakan kepercayaan rakyat terhadap figur pemimpin. RMOL Jateng

Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei atau quick count telah diumumkan dengan perolehan kemenangan pasangan calon (paslon) nomor urut 02, Prabowo-Gibran. Angka penghitungan bersifat sementara, hasil resminya menunggu pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU). 

Pakar Politik Universitas Diponegoro Semarang Teguh Yuwono menilai, hasil quick count Pemilu bagi publik hasilnya tidak dapat serta merta disikapi secara berlebihan. Namun sebaiknya dilihat, kemenangan salah satu pasangan presiden dan wakil presiden merupakan hasil sebuah proses demokrasi. Penentunya adalah rakyat sendiri, berarti menunjukkan kepercayaan besar serta harapan terhadap sosok pemimpin dambaan. 

"Hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) Pemilu Serentak 2024 sejak awal bisa terprediksi siapa yang akan unggul dari berbagai survei lembaga-lembaga dirilis. Setelah keluar hasil quick count, benar tidak jauh berbeda. Menyikapinya, masyarakat tidak perlu terbawa fanatisme berlebihan atas "kemenangan", karena makna kemenangan salah satu calon, memunculkan arti kepercayaan dan harapan rakyat terhadap figur pemimpin masa depan yang dinilai sesuai memimpin Indonesia kelak," terang Teguh, Jumat (16/2). 

Dia menilai, paslon meraih suara terbanyak adalah pemegang amanah rakyat membawa kemudi kemajuan bangsa lima tahun ke depan. Jika melihat Pemilu 2024, pemahaman politik masyarakat terlihat semakin dewasa dan matang tidak lagi sekedar memilih atas dasar hati nurani. 

Pemilu ajang demokrasi lima tahunan justru dinanti-nantikan, bukti mereka seakan-akan berambisi untuk segera memiliki figur pemimpin baru. 

Teguh memberikan gambaran ini sebagai contoh, dapat dilihat juga dalam makna lain. Ada kebosanan masyarakat terhadap pemerintahan sekarang di bawah kepempimpinan Presiden Jokowi karena telah berjalan dua periode. 

"Kita lihat dampak positifnya Pemilu 2024, masyarakat menantikan Pemilu ini segera digelar, nah ini bisa diartikan bahwa mereka sudah jenuh dan bosan dengan eranya Pak Jokowi, dua periode," kata dia. 

Menurut dia, 10 tahun bukan waktu sebentar, penglihatan masyarakat tentang politik dan demokrasi juga semakin baik bila misalnya dibandingkan Pemilu 2019. 

"Bisa dipelajari polanya, pemahaman masyarakat bergeser, seakan-akan muncul ambisi saya pengen pemimpin yang seperti ini, gaya kepemimpinannya pro rakyat, dan sebagainya, jadi memang pemilih sudah memperhitungkan detail termasuk style kepemimpinan," jelas Teguh. 

Namun kenyataannya dikembalikan lagi kepada masyarakat. Teguh menekankan, Pemilu 2024 menghasilkan pemimpin sesuai keinginan telah berakhir. 

"Dengan hasil akhir, terpilih pemimpin yang selama ini dipercaya dinilai mampu membawa perubahan bagi kemajuan bangsa," terang dia. 

Dia melanjutkan, sesuai demokrasi dianut rakyat berhak menilai kinerja pemerintahan, karena mereka menentukan arah demokrasi, bermakna harapan, sehingga pasti tidak sembarangan menentukan, maka dimaknai pesan tanggung jawab warna pemerintahan  akan memberikan kemajuan negeri ini.

"Pasti ditunggu dan dinanti-nantikan, kemana arahnya, perubahan bangsa ini sampai titik mana, dan bagaimana kesejahteraan masyarakat ke depannya," tandas dia.