Pengelola Desa Wisata Diminta Fokus Jual Paket Wisata

Pengelola desa wisata diminta tidak mengandalkan tiket masuk destinasi yang dikelolanya tetapi lebih fokus mengandalkan menjual paket wisata. Pengelola desa wisata dtuntut juga untuk  melakukan inovasi dalam penyusunan paket wisata yang tidak ditemukan di desa wisata lain.


Hal tersebut terungkap dalam workshop Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Sadar Wisata di kompleks Curug Karang Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Rabu (15/8). Workshop yang difasilitasi Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah dibuka oleh Kepala Bidang Kelitbang Iptekin Bappeda Jateng Tri Yuni Atmojo, ST, MT.

Praktisi dan Pengelola Desa Wisata Candirejo Kabupaten Magelang, Tatak Sariawan mengungkapkan, sebagai pengelola Desa Candirejo dirinya tidak ada satupun yang menjual tiket untuk mengunjungi destinasi di Candirejo.

Wisatawan yang datang semuanya membeli paket kunjungan wisata. Pengunjung dalam satu tahun rata-rata 7.000 orang, dan semuanya membeli paket wisata. Menjual paket wisata dinilai lebih menguntungkan secara ekonomis dan juga semua pihak akan terlibat," kata Tatak.

Paket yang dijual, lanjut tatak, misalnya paket memasak yang dijual seharga Rp 350 ribu per orang termasuk menginap ternyata banyak diminati wisatawan mancanegara. Wisman diajak berbelanja bumbu dapur di warung desa, kemudian memetik sayuran di kebun, serta diajari memasaknya. Hasil masakan mereka dimakan sendiri dan ternyata mereka puas bisa menikmatinya.

Begitu juga paket memanen ketela pohon yang banyak dijual untuk anak-anak dari kota besar yang belum pernah sekalipun datang ke desa untuk berkebun. Kalau petani menjual satu batang tanaman ketela pohon, paling hanya laku Rp 4.000,- namun setelah kami jual paket wisata memanen ketela pohon, satu anak bisa dikenai Rp 10.000 hingga Rp 15.000,-," ujar Tatak.

Sementara itu, Kabid Pariwisata Dinporapar Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengajak kepada para pelaku desa wisata dan warga masyarakat untuk belajar dan memahami Sapta Pesona Sadar Wisata. Masyarakat yang sadar dan paham Sapta Pesona Wisata, maka tidak akan kaget ketika desanya kedatangan wisatawan. Wisatawan harus dibuat senyaman mungkin agar mereka bisa kembali lagi ke desa," katanya.