Pengusaha kerupuk di Salatiga meminta kepada pemerintah setempat untuk disediakan kartu khusus bagi UMKM dalam pembelian minyak goreng.
- Polres Sukoharjo Luncurkan Pos Polisi Keliling Sebagai Inovasi Pelayanan Masyarakat
- Semarang Masuk PPKM Level Empat, Ini Kata Hendi
- Pendaftaran Mudik Gratis Tujuan Karanganyar Dibuka Semalam Langsung Penuh
Baca Juga
"Setidaknya, kami pelaku UMKM tidak kesulitan untuk mencari Migor mana kala harga melejit dan sulit mencari," kata Mahmud Fathoni, pengusaha kerupuk di Jalan Sultan Agung, Blotongan, Kawasan Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga ditemui di tempat usahanya, Rabu (30/3).
Ia mengungkapkan, saat ini ditengah harga Migor baik kemasan dan curah melambung tinggi sementara bahan baku vital itu tidak semua tempat menjual sedikit menghambat perkembangan usaha orang-orang kecil seperti dirinya.
Untuk itu, dengan bantuan Pemda mempermudah pembelian Migor cukup membantu pelaku UMKM.
"Mungkin UMKM diberikan subsidi untuk minyak serta kartu khusus pembelian minyak goreng tidak disamakan dengan industri besar," ujarnya.
Kenaikan harga Migor, diakuinya sudah sangat memberatkan pelaku UMKM macam dirinya sejak Oktober 2021. Di mana saat itu, harga masih masih Rp 290-an ribu per 20 liter.
Masa pendemi Covid-19 yang sulit, pedagang masih merasakan kenaikan minyak goreng hingga bulan Januari 2022 yang mencapai Rp380 per 20 liter.
"Sehingga, per liter Rp19.000. Berlanjut bulan February 2022 lalu harga telah mencapai Rp 407 ribu per 20 liter. Dan list terakhir, per bulan Maret 2022 harga migor (minyak goreng) Rp450 ribu korting Rp800 per 20 liter," terangnya.
Padahal, pengusaha kerupuk seperti dirinya sekali produksi membutuhkan 100-120 liter minyak kemasan jirigen.
Di tengah kondisi semakin sulit mencari keuntungan lebih, Fathoni mengaku bertahan semata-mata ikut bertanggungjawab atas nasib para karyawannya yang bergantung pada usaha kerupuknya. Itu juga alasan dia enggan stop produksi
Tercatat, sejak tahun 1990 ia berdagang kerupuk dengan jumlah tenaga total mencapai 8 orang untuk bagian produksi, sedangkan bagian pemasaran sebanyak 20 an orang dengan sistem keuntungan.
"Untuk bagian produksi sistem gajinya per hariRp 60-75 ribu. Ya sekarang, optimistis saja bertahan. Yang penting jalan bisa bayar karyawan dan membeli bahan baku. Jujur, sampai dari Desember 2021 sampai saat ini tidak ada untung," akunya, terus terang.
Dengan kondisi itu, Fathoni berharap ada perhatian baik pemerintah pusat dan daerah menyikapi keinginan para pengusaha kerupuk seperti dirinya.
- Delapan Warga Binaan Rutan Salatiga Diusulkan Program Integrasi
- Polres Salatiga Salurkan 100 Paket Bantuan Bagi Lansia
- Solo dan Sekitarnya Jadi Lokasi Mudik Favorit, Polresta Solo Terjunkan Personel Gabungan