- Masjid Agung Demak, Lima Besar Destinasi Favorit Saat Libur Lebaran
- Revitalisasi Nilai-Nilai Wisata Religi Demak: Penyiapan Diri yang Bertumpu Pada Realitas dan Akal Sehat
- Konsolidasikan BKM Jadi Lokomotif Kebangkitan Demak
Baca Juga
Tulisan ini disampaikan pada Dialog Revitalisasi Wisat Religi Kabupaten Demak (Renaisance Demak Menapaki Kembali Kejayaan, 28 September 2024)
Wisata di [kabupaten] Demak
Kegiatan pariwisata di Indonesia dimulai tahun 1910-1920an sejak pemerintah Hindia Belanda membentuk Vereeneging Toesristen Verker [VTV] untuk memfasilitasi orang-orang Eropa yang berminat berwisata ke Indonesia. Meskipun Jurrian Munnich di tahun 1844 Adolf Schaefer mendirikan studio fotografi di Batavia. Setelah itu Kassian Cephas asli Indonesia asal Kesultanan Yogyakarta aktif di bidang fotografi [1871-1905]. Pameran Koloniale Tentoonstelling di Semarang 22 Agustus – 22 November 1914. Pekan Raya Gambir di Koningsplein, Batavia diselenggarakan setiap tahun [1921-1942] diawali tahun 1906
Wisata religi ke Masjid Agung Demak kemungkinan banyak dilakukan setelah Sunan Paku Buwana 1 menyampaikan bahwa Masjid Demak Uger-e Pusaka ing Tanah Jawa [Masjid Demak (adalah) Pusaka Inti/Utama bagi (Masyarakat) Jawa] berkaitan pemugaran pertama dengan penggantian sirap pada atap Masjid Agung Demak di tahun 1710.
Obyek wisata di Kabupaten Demak yang terpublikasi adalah 1].Masjid Agung Demak, 2].Museum Masjid Agung Demak, 3].Makam Raja-Raja Kesultanan Demak, 4].Masjid Kadilangu, 5].Makam Sunan Kalijaga, 6].Gerebeg Besar Demak, 7].Agrowisata Belimbing Demak di Desa Tempuran, Kec.Demak dan Desa Betokan, Kec.Demak, 8].Agrowisata Jambu Merah Delima di Desa Betokan, Kec.Demak; Desa Tempuran, Kec.Demak; Desa Sidomulyo, Kec. Dempet; Desa Wonosari, Kec.Bonang, dan Jambu Citra di Desa Jungpasir, Kec.Wedung; 9].Pantai Morosari di Desa Bedono, Kec.Sayung, 10].Hutan Mangrove Morosari di Desa Desa Bedono, Kec.Sayung, 11].Pantai Morodemak di Desa Morodemak, Kec.Bonang, 12].
Sentra Kerajinan Batik Demak di Desa Karangmlati, 13].Sentra Kerajinan Kaligrafi Demak di Kampung Tembiring, Kel.Bintoro; Desa Rejosari, Kec. Karangtengah; Desa Kalianyar, Kec.Wonosalam; 14].Sentra Kerajinan Rebana & Bedug, 15].Kelenteng Hok Tek Bio, 16].Makam Terapung Syekh Abdullah Mudzakir [1869] di Desa Bedono, Kec. Sayung], 17].Brown Canyon Demak di Desa Kebonbatur, Kec. Mranggen, 18].Pantai &Hutan Mangrove Glagah Wangi di Desa Tambak Bulusan, Kec.Karang Tengah.
Pada Sarasehan Kepariwisataan Demak Berbasis Sejarah dan Potensi Lokal, Roesmanto mengusulkan 1].pemanfaatan aliran Sungai Tuntang untuk wisata air dimulai di Tembiring [yang akan berdampak hidupnya area parkir di Tembiring] hingga depan Kabupaten Demak, bahkan dimungkinkan sampai Morodemak [harus dengan kajian mendalam terkait musibah banjir yang melanda kota Demak dampak Sungai Wulan meluap Maret 2024]; 2].napak tilas rekreasi air di jagang Keraton Bintoro; 3].architectour/wisata arsitektur Limasan Endhas [Lima] di Morodemak; 4].pengembangan Tembiring dengan penambahan sentra-sentra kerajinan & cinderamata khas Demak; menghidupkan jalur Tembiring-Kadilangu-Masjid Demak; 5].menumbuhkan kampung wisata-toponimik dengan makanan dan cinderamata khas [seperti di Jepang]; 6]. mendukung rencana PT.KAI untuk menghidupkan jalur kereta api bersejarah Samarang-Joana Stoomtram [SJS] Semarang – Demak – Juwana dengan melestarian bangunan Stasiun Kereta Api Demak, dan koridor rel menuju Kadilangu; 7].melestarikan rumah Pencu Demakan, dan menghimbau penggunaan genteng krecek & kelir/wayangan; 8].penataan kompleks makam tokoh yang ada kaitannya dengan sejarah kota Demak seperti Kyai Singkil, Kyai Soreng Pati; 9].menghidupkan kembali seni kerajinan wig di Desa Geneng, Kec.Mijen; 10].wisata penangkaran burung hantu di Desa Tlogoweru, Kec. Guntur. [Totok Roesmanto, 12 Desember 2023]
Wisata Religi dan Kejayaan [kota] Demak
Wisata religi di Demak paling kuno yang sudah ada sejak 1506 adalah Gerebeg Demak yang diprakarsai Sultan Fatah dan Sunan Kalijaga untuk memperingati peresmian berdirinya Masjid Agung Demak. Terdapat 4 tradisi Gerebeg, yaitu Gerebeg Syawal diselenggarakan setiap 1 Syawal, Gerebeg Maulud setiap 1 Maulud/12 Rabiul Awal, Gerebeg Dal setiap 8 tahun sekali dilaksanakan, dan hanya tradisi Gerebeg Besar setiap 10 Dzulhijjah/Besar pada hari raya Idul Adha yang masih dilestarikan hingga kini. Tradisi Gerebeg Besar disertai upacara penjamasan pusaka kagungan Sunan Kalijaga [Kyai Gondhil/Kutang Ontokusumo dan keris Kiai Carubuk] serta Selamatan Tumpeng Songo. Pernah ada anggapan 10 kali berturut-turut mengikuti Gerebeg Besar dianggap sama dengan menunaikan ibadah haji.
Demak bermula dari Desa Glagah Wangi yang didirikan Raden Patah [1445-1518], setelah nyantri kepada Sunan Ampel dengan kelengkapan Langgar Glagah Wangi dan Pesantren Glagah Wangi di sekitar tahun 1475. Jumlah penduduk Desa Glagah Wangi berawal sejumlah pengikut Raden Patah, kemudian berkembang hingga mencapai 2000 orang [Kasri & Semedi, 2008:37 dalam Abdullah, 2015:154]. Langgar Glagah Wangi diperbesar menjadi Masjid Glagah Wangi disesuaikan jumlah penduduk Desa Glagah Wangi. Saat menghadap Bhre Kertabhumi, di sekitar 1478, Raden Patah dianugerahi jabatan Adipati/Bupati di Demak beserta 10.000 orang Majapahit untuk tambahan penduduk. Menurut Slamet Mulyono kata demak berasal dari pengembangan kata damak yang berarti anugerah.Sebagai pembanding, jumlah penduduk kota Demak 110.165 orang di tahun 2020. Jumlah penduduk Kabupaten Demak sekitar 1.241.000 orang di tahun 2023.
Sultan Fatah merenovasi Masjid Glagah Wangi menjadi Masjid Dmak, selesai pada tahun 1479 ditandai dengan condrosengkolo berwujud ornamen timbul pada dinding Barat mihrab menggambarkan bulus terlihat dari atas yang diartikan sebagai Sariro Sunyi Kiblating Gusti simbolisasi tahun 1401 Saka. Walisongo di tahun 1500 menobatkan Raden Patah menjadi sultan bergelar Sultan Syah Alam Akbar Al-Fatah [menurut Serat Pranitiradya] atau Senopati Jimbun Ningrat Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama [menurut Babad Tanah Jawi].
Kejayaan [kesultanan] Demak pada masa pemerintahan Sultan Fatah [1503-1518], terdampak di bidang perdagangan sejak Malaka dikuasai Portugis [15 Agustus 1511], berlanjut masa Pati Unus [1518-1521], hingga Sultan Trenggana [1521-1546] yang melakukan ekspansi ke Jawa bagian Timur. Perang suksesi antara keturunan Sultan Trenggono dan Arya Penangsang [1546-1554] menyebabkan Kesultanan Demak mengalami kemunduran. Sunan Prawoto [1546-1549] memindahkan pusat pemerintahan-nya dari Demak ke Prawata. Demak menjadi bagian wilayah Kesultanan Pajang Sultan Hadiwijaya [1568-1583], Arya Pangiri [1583-1586], Pangeran Benawa [1586-1587]. Demak kemudian menjadi ketemenggungan bagian wilayah Kesultanan Mataram sejak masa pemerintahan Tumenggung Wironegoro [1587-1606].
Setelah menguasai daerah Pesisiran [1614], Demak berada di wilayah Pesisir Wetan Sultan Agung memberi ijin VOC mendirikan perwakilan kantor dagangnya di Jepara [1615] atas ijin Sultan Agung [1613-1645]. Jalur ekspansi Sultan Agung berkembang, menghubungkan Keraton Mataram di Kota Gede ke Jepara yang menurut Peta Valentijn 1724 melalui Silimbi, Calang, Soesoeri, Alians, Panawanga/Penawangan, Timur-nya Damak, Oendackan/Undakan, Lipatti, Kaliamat/Kalinyamat.
Sejak tahun 1657 pada masa pemerintahan Adipati Mangkuprojo [1649-1701] terjadi pendangkalan Selat Muria akibat sedimentasi endapan fluvial dari Sungai Serang, Sungai Lusi dan Sungai Tuntang. Perdagangan melalui Selat Muria telah mengalami penurunan sebelumnya sejak pelabuhan Kesultanan Demak berpindah dari tepi Selat Muria ke Jepara [sebelum Ratu Kalinyamat menyerang Malaka pada tahun 1551 dan 1574].
Kantor dagang VOC pindah dari Jepara ke Semarang berdasarkan perjanjian Sunan Paku Buwana I [1704-1719] dan VOC [31 Oktober 1707]. Sebelumnya Pangeran Puger/Paku Buwana I berkuasa di Semarang sejak 1704. Berarti telah ada jalur Kartasura ke Semarang melalui Cali Dadap, Madja Saanga/Mojosongo, Tinker/Tingkir, Banjoepoeteh, Lopet, Banjoebreroe/Banyubiru, sehingga Demak sejak 1707 menjadi jauh dari jalan utama menuju Keraton Mataram.
Masjid “Demakan” [masjid bertipe Masjid Agung Demak] yang dibangun setelah Masjid Agung Demak antara lain Masjid Kadilangu rancangan Sunan Kalijaga tahun 1456 Jawa atau 1532; Masjid Al Aqsa Manara Quds/Menara Kudus rancangan Sunan Kudus/Ja’far Sodik tahun 956 H atau 1549, Masjid Mantingan [1559-1560] di Tahunan, Kudus.
[Bangunan utama] masjid kuno di Nusantara dengan bentuk [mirip] Masjid “Demakan” antara lain 1].Masjid Gedhe Mataram [1586] di Kota Gede rancangan Ki Ageng Pamanahan, 2].Masjid Kyai Gede Kotawaringin Lama [1595], Kalimantan Tengah, 3].Masjid Indrapuri [1618], Aceh Besar, 4].Masjid Magelang [1650], 5].Masjid Baitul Makmur Jepara [1686], 6].Masjid Kampung Hulu [1728] di Melaka, Malaysia, 7].Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas [1743], 8].Masjid Kauman Semarang [1749] rancangan G.A.Gambier, 9].Masjid Agung Keraton Surakarta [1763-1768], 10].Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta [1773] rancangan Wiryokusumo. 11].Masjid Agung Darussalam Cilacap [1776], 12].Masjid Tegal [1825], 13].Masjid Ulee Kareng [1826] di Aceh, 14].Masjid Lasem [1829], 15].Masjid Darussalam Temanggung [1835], 16].Masjid Baitunnur Pati [1845], 17].Masjid Blora [1862], 18].Masjid Al Wustho Pura Mangkunegaran [1918] rancangan Thomas Karsten.
Puncak kejayaan [kota] Demak berlangsung 1479-1546, tetapi pengaruh [bentuk dan arsitektur] Masjid Agung Demak berlangsung hingga 1918 bahkan sampai pelaksanaan proyek 999 Masjid Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila gagasan Presiden Soeharto tahun 1982-2009 [Tipe 15 x 15 m 495 masjid, Tipe 17 x 17 m 375 masjid, dan Tipe 19 x 19 m 129 masjid]. Masjid YAMP terbangun di Kompleks TVRI & Perumahan Pucang Gading, Desa Batusari, Kec. Mranggen; di Desa Brambang, Kec. Karangawen, dan di Islamic Centre Sultan Fatah, Desa Jogoloyo, Kec. Wonosalam.
Revitalisasi Nilai-Nilai Wisata Religi [di] Demak
Obyek wisata-religi yang utama di Demak adalah Masjid Demak dan Makam Sunan Kalijaga. Masjid Demak adalah obyek wisata terbanyak ketiga di tahun 2024 setelah Kota Lama di Semarang, dan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo di Surakarta. Jumlah wisatawan di Masjid Demak 131.903 orang, di Makam Sunan Kalijaga 33.921 orang, dan di Makam Syekh Abdullah Mudzakir 3.880 orang [18 April 2024].
Wisatawan-religi akan mendapat pengalaman langsung yang lebih banyak dan bersifat pribadi dibandingkan informasi yang didapatkan via internet. Dalam kenyataannya ada wisatawan yang sudah puas dengan hanya sekali berkunjung ke obyek wisata-religi, tetapi banyak yang ingin melakukannya berulang-ulang.
Wisata-religi diharapkan [bagi wisatawan-religi] dapat : 1].mendekatkan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta; 2].memberikan makna spesifik; 3].menumbuhkan toleransi antar umat beragama; 4].menambah wawasan kesejarahan [tokoh dan obyek] dan kearifan lokal; 5].menumbuhkan kesadaran melestarikan keaslian obyek [bangunan] yang merupakan [situs, bangunan] cagar budaya; 6].media untuk ber-dzikir ; 7].mempererat persaudaraan antar wisatawan-religi serombongan]; 8].menumbuhkan minat meneliti obyek wisata religi.
Wisata-religi akan lebih mendekatkan diri wisatawan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta dan tergerak untuk melakukan shalat ketika melihat orang/wisatawan lain sedang shalat, ber-dzikir di Masjid Agung Demak untuk ingat kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, dan orang yang berziarah dan ber-dzikir di Makam Sunan Kalijaga akan ingat setelah meninggal akan menghadap Tuhan Yang Maha Pencipta. Peningkatan kualitas ruang khususnya di ruang shalat [liwan] harus didasarkan pada pelestarian keaslian elemen utama bangunan.
Sebaiknya ada dokumentasi tentang proses pemugaran bangunan Masjid Agung Demak dan Cungkup Makam Sunan Kalijaga. Data tokoh agama dan pejabat penting yang pernah hadir dan shalat di Masjid Agung Demak serta berziarah ke Makam Sunan Kalijaga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan-religi. Karomah Masjid Agung Demak yang tidak terdampak langsung banjir saat Sungai Wulan meluap [Maret 2024] bisa juga menjadi daya tarik kehadiran wisatawan-religi.
Wisata-religi di Demak memberikan makna spesifik kepada wisatawan. Setelah ke Masjid Agung Demak dan Makam Raja-Raja Kesultanan Demak wisatawan-religi dapat berkunjung ke Kelenteng Hok Tek Bio di Timur Laut Alun-alun Demak. Toleransi terhadap wisatawan dan obyek wisata-religi lain agama dan budaya akan terbentuk.
Wisata-religi di Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga akan menambah pengetahuan kesejarahan tentang bangunan Masjid Agung Demak dan morfologi kawasan di sekitar Makam Sunan Kalijaga [setelah Sunan Kalijaga wafat berkembang pemukiman di sekitar kompleks makam. Wisatawan-religi juga akan tertarik untuk mengetahui proses pembangunan Masjid Agung Demak yang arah kiblat-nya pernah diperdebatkan para wali dan diselesaikan secara bijaksana oleh Sunan Kalijaga.
Atap Tajug Tumpang-3 pada Masjid Agung Demak secara tidak langsung menginformasikan kepada wisatawan-religi tentang simbolisasi Iman – Islam – Ihsan, dan perbedaannya dengan atap bangunan Cungkup Makam Sunan Kalijaga yang atap Tumpang teratasnya lebih landai. Hal tersebut juga menginformasikan tentang penerapan kearifan lokal ber-arsitektur.
Wisata-religi di Demak menumbuhkan kesadaran kepada wisatawan tentang perlunya melestarikan keaslian bangunan Masjid Agung Demak, meskipun pernah dilakukan berkali-kali pemugaran pada masa Hindia Belanda dengan mengganti konstruksinya untuk menyelamatkan bangunan Masjid Agung Demak. Keberadaan bangunan Menara berkonstruksi non-tradisional [tinggi 22 m, berdenah kotak ukuran 4 x 4m, diresmikan 2 Agustus 1932] yang dibangun pada masa Bupati R.A.A. Sosrohadiwidjojo merupakan hasil pelestarian bangunan kuno bersejarah meskipun pernah ada upaya untuk merombaknya.
Obyek wisata-religi Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga merupakan media untuk ber-dzikir, serta menumbuhkan minat untuk menelitinya [sejarah, arsitektur, konstruksi, budaya, dll]. Perlu disediakan ruang baca di perpustakaan khusus. Upaya untuk mempercantik obyek wisata-religi agar wisatawan bertambah banyak, perlu pemahaman pelestarian keaslian [elemen] bangunan-nya. Wisatawan-religi akan merasakan hadir di ruang religius di Masjid Agung Demak, selasar bangunan Cungkup Makam Sunan Kalijaga..
Pembukaan pondasi pada sakaguru Masjid Demak sangat jarang terpublikasi, sehingga perbaikan arah kiblat yang pernah dilakukan Walisongo hanya sedikit diketahui, termasuk kejelasan tentang konstruksi saka tatal. Data tentang perbaikan yang pernah dilakukan pada Masjid Demak dan Masjid Kadilangu di masa lampau [Hindia Belanda] sangat perlu didokumentasikan [dan dipublikasikan].
Belimbing Demak yang dipopulerkan Sunan Kalijaga lewat lagu Ilir-Ilir harus dikembangkan kembali. Terberitakan jumlah pohon Belimbing Demak tinggal 20% dari populasi puncak yang pernah ada. Ilir-Ilir adalah lagu religi yang usianya minimal 438 tahun dihitung sejak Sunan Kalijaga wafat [1586] sangat layak diusulkan sebagai Cagar Budaya Tak Benda/ I ntangible Peringkat Kabupaten [Demak], bahkan sampai ke Peringkat Provinsi .
Wisata-religi di Demak akan diperkaya dengan penyelenggaraan kembali Gerebeg Syawal, Gerebeg Maulud, dan Gerebeg Dal yang akan meningkatkan jumlah wisatawan- religi. Warisan Sunan Kalijaga tersebut mengandung nilai-nilai pelestarian dan keselarasan lingkungan. Sebagai penyanding, Gerebeg Besar, Gerebeg Syawal dan Gerebeg Maulud masih dilaksanakan di Keraton Surakarta; Gerebeg Besar, Gerebeg Syawal, Gerebeg Maulud, dan Gerebeg Dal di Keraton Yogyakarta; Gerebeg Syawal di Keraton Kanoman Cirebon.
Keberadaan masjid-masjid kuno “Demakan” akan menghadirkan wisata-religi lanjutan dari kota tempat keberadaannya ke Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu. Masjid “Demakan” juga terdapat di Malaysia, pada Masjid Kampung Hulu [1728], Melaka, dan Masjid Keling [1748], Melaka.
Obyek wisata-religi baru di [kabupaten] Demak antara lain 1].Makam Mbah Jago/Sodiq keturunan Ki Ageng Pandanaran II, Desa Wringin Jajar, Kec. Mranggen, 2].Makam Kasepuhan Mbah Hadi Girikusumo/Ki Ageng Giri keturunan Ki Ageng Pandanaran I, Banyumeneng, Kec. Mranggen, 3].Makam Mbah Panji Kusumo, Desa Bugo, Kec. Wedung.
Wisata-religi ke Kudus dan Jepara juga akan berlanjut ke Demak [atau sebaliknya]. Obyek wisata-religi utama di Kudus adalah 1].Masjid Al Aqsa Manarat Qudus/Menara Kudus [1549], 2].Makam Sunan Kudus, 3].Langgar Bubrah di Desa Demangan, Kec. Kudus Kota. Obyek wisata-religi utama di Jepara adalah 1].Masjid Mantingan, 2].Makam Ratu Kalinyamat, Kec. Tahunan, 3].Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kec. Dawe.
Jejaring wisata-religi perlu diperluas. Penataan fasilitas pendukung obyek wisata-religi dengan sarana parkir [resmi] yang terjangkau secara berjalan-kaki [di sepanjang koridor wisata] ke obyek wisata-religi. Masyarakat [di sekitar obyek wisata-religi] dimakmurkan oleh keberadaan obyek wisata-religi.
Kepustakaan
Abdullah, Rachmad, 2015, Kerajaan Islam Demak. Api Revolusi Islam Di Tanah Jawa [1518-
1549 M], Al Wafi Publishing, Sukoharjo.
Punto, Eko & Totok Roesmanto & Dewi Yuliati & Siddhi Saputro, 2000, “Laporan Studi
Visualisasi Struktur Keraton Kerajaan Demak dan Pengembangannya untuk Sebuah
Taman Wisata”, Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi Ditjen Dikti Depdiknas &
Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro, Mei 1997-Februari 2000.
Roesmanto, Totok, 2023, Perkembangan Kota Demak Dari Masa Majapahit Hingga Gagasan
Rekonstruksi Keraton Demak Bagi Pengembangan Pariwisata, Kepariwisataan Demak
Berbasis sejarah dan Potensi Lokal, Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, sarasehan.
Roesmanto, Totok, 2002, Pengembangan Kota Demak Berbasis Konservasi Kawasan Historis
Arkeologis Arsitektural, Seminar Penelusuran Tata Letak Kraton Demak, Semarang.
Roesmanto,Totok, 2002, Idealisme Demak Sebagai Kota Ziarah Islam Berskala Internasional
Lewat Penataan Kotanya, Bappeda Pemerintah Kabupaten Demak, lokakarya, Demak.
Biografi
Prof.Ir.Totok Roesmanto, M.Eng, Lahir di Desa Candirejo, Borobudur, 1952.
Dosen ISAI/ilmu Seni & Arsitektur Islam FUHUM UIN Walisongo [2018-kini], Dosen arsitektur Undip [1980-2022]. Lulusan Jurusan Arsitektur Undip [cumlaude 1979];
Department of Regional Planning, Toyohashi University of Technology, Japan [1988].
Pernah menjabat Kajur.Arsitektur Untag [1990-1997], Kajur Arsitektur Undip [1997-2000], Kaprodi Magister Teknik Arsitektur Pascasarjana Undip [2000-2004 dan 2008-2012], Kaprodi Arsitektur Undip [2012-2016]. Ketua TABG/Tim Ahli Bangunan Gedung Semarang [2014-2019]; Ketua TACB/Tim Ahli Cagar Budaya Jateng [2014-kini]. 70 penghargaan di antaranya Upanyasa Bhakti Upapradana dalam pengembangan arsitektur di Jawa Tengah [1992], Mahasiswa Teladan Undip [1974 dan 1976].
- Wisma Mustika Sembilan Andalan Peziarah Sunan Kalijaga
- Makam Sunan Kalijaga Tembus Top 10 Destinasi Wisata Lebaran
- Masjid Agung Demak, Lima Besar Destinasi Favorit Saat Libur Lebaran