Peringatan Berdirinya Kraton Kasunanan Surakarta, Gelar Wilujengan Dan Bagikan Bubur Suro

Peringatan berdirinya Kraton Kasunanan Surakarta tetap digelar meski di tengah pendemi Covid-19. Oleh karenanya pelaksanaanya digelar dengan menerapkan protokol kesehatan. 


Dimana lokasi acara yang dilaksanakan di pagelaran Keraton Surakarta disediakan tempat untuk cuci tangan. Seluruh sentono dalem dan abdi dalem yang hadir wajib untuk menggunakan masker. Selain itu posisi duduk juga diatur berjarak satu dengan lainnya.

"Peringatan tetap digelar meski secara sederhana namun tidak menghilangkan makna dan kesakralannya. Agar dalam perjalanan kedepannya kita tidak melupakan sejarah," jelas Direktur Eksekutif Lembaga Hukum Kraton Kasunanan Surakarta (LHKS) KPH Eddy Wirabumi kepada media, Sabtu (5/9) sore.

Acara peringatan berdirinya Kraton Kasunanan  Surakarta diisi dengan agenda wilujengan, kemudian pembacaan sejarah singkat berdirinya Kraton Kasunanan Surakarta ditutup dengan doa oleh ulama Keraton Solo.

"Harapan kedepannya agar keluarga besar Keraton ini tetap di dalam lindungan Tuhan YME," ungkap Eddy Wirabumi.

Dalam acara wilujengan juga dibagikan bubur Suro kepada seluruh peserta yang hadir. Bubur Suro merupakan lambang rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh.

Selain itu makna dari bubur suro sendiri menurut Eddy Wibumi di dalam bulan Suro ini (dahulunya) banyak kejadian-kejadian besar yang dialami oleh umat manusia.

"Di bulan Suro ini kita semua bisa terhindar dari semua musibah," paparnya.

Wilujengan ini juga digelar sebagai peringatan bergabungnya Kraton  Kasunan Surakarta dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Dan wilujengan berdirinya Kraton Surakarta dibarengkan juga dengan peringatan 75 tahun Kraton Solo bergabung dengan NKRI," lanjutnya.

Kasunanan Surakarta merupakan daerah  pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara melalui maklumat pada 1 September 1945.  Dan hari  Selasa (1/9) kemarin merupakan peringatan 75 tahun Maklumat Paku Buwono (PB) XII dan Mangkunegaran (MN) VIII tanggal 1 September 1945.

"Bahwa 75 tahun yang lalu, Kraton Solo dan Pura Mangkunegaran menyatakan bergabung  dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," pungkasnya.