Peringati Suro, Ratusan Warga Bersihkan Diri Di Sedang Bimo Suci

Masih dalam memperingati bulan Suro atau satu muharam, ratusan masyarakat adat Jawa berkumpul di Keraton Amartha Bumi Kampung Jawa Sekatul Kecamatan limbangan, Kamis (13/9).


Kehadiran ratusan masyarakat adat di Keraton Amartha Bumi ini, untuk mengikuti prosesi tradisi Suro. Tradisi ini berupa kirab, penyucian diri di sendang bimo suci dan ritual doa dari empat penjuru angin.

Prosesi tradisi diawali dengan kirab menuju sendang bimo suci sebagai ajang pembersihan dan penyucian diri. Dengan iringan tembang doa dan bunyi pukulan bende mataram, ratusan warga mengikuti jalannya kirab suro dengan khidmat.

Di sendang bimo suci, ratusan warga berdoa dan mengambil air sendang sebagai berkah di bulan suro. Warga Desa Biting Kecamatan Limbangan, Ngapini mengaku, baru sekali datang ke acara tradisi ini dan mengambil air sendang untuk obat anaknya yang sakit.

Saya baru sekali ini ke Sendang Bimo Suci. Saya ambil air untuk obat anak saya yang sakitnya sudah enam tahun. Sakitnya kejang-kejang dan semoga setelah dibasuh dengan air ini bisa sembuh," katanya.

Hal yang sama juga dilakukan Sutikno, yang ikut mengmbil air sendang untuk pengobatan cucunya. "Air ini buat obat cucu saya. Umur 3 tahun belum bisa jalan tapi kalau bicara sudah bisa. Semoga air ini bisa membawa berkah," katanya.

Prosesi dilanjutkan dengan doa dari empat penjuru arah mata angin yang dilakukan oleh empat orang abdi dalem. Kemudian ritual dilanjutkan dengan makan bersama nasi tumpeng suro yang telah di doakan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, prosesi kirab kali ini tidak melibatkan kerbau bule atau kerbau mahesa tani.

Raja Kawitan Amartha Bumi, Sri Anglung Prabu Punto Djojonagoro Cakrabuana Girinata mengatakan, kirab suro merupakan suatu rangkaian dengan bulan besar kemarin dewi sri, ini kelanjutannya memperingati satu suro tahun P.

Kita mengambil pathokan aboge yang jatuh pada hari Kamis Legi ini. Kita awali dengan kirab ke Sendang Bimo Suci untuk pembersihan diri. Inti dari acara ini yang terpenting yakni jangan pernah melupakan paugeran yang merupakan dasar terbentuknya kepribadian yang baik," katanya.

Ritual tradisi suro ini memiliki makna agar masyarakat Indonesia tidak lupa dengan jati diri bangsa dan tetap kuat dengan akar budaya.