Pati - Pengaruh era kolonial di Pati tidak hanya terlihat pada bangunan kolonial yang ada di sana. Namun, juga sampai pada makanan seperti pelengkap makanan Nasi Gandul khas Pati dan beberapa makanan lainnya berupa perkedel.
- Polres Jepara Buka Layanan Gangguan Premanisme, Ini Nomer Aduannya
- Terjangan Hujan Dan Angin Kencang Robohkan Ruang Pamer Wonogiri Expo 2025
- Kemeriahan Hari Jadi Wonogiri Ke-284
Baca Juga
Perkedel ternyata juga merupakan makanan khas Belanda frikadeller atau frikadel yang berarti daging cincang namun di Indonesia diadopsi dengan kentang yang dicincang dan digoreng.
Hal itu diungkapkan oleh guru sejarah SMAN 2 Pati, Ragil Haryo Yudiartanto, dalam acara webinar Estafet Sejarah Lokal Jawa Tengah yang digelar oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah dan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Jawa Tengah, Kamis (17/04) malam.
Perkedel atau bergedel adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari kentang yang telah digoreng atau direbus sebelum dilumatkan, lalu dicampur dengan daging cincang, irisan daun bawang serta daun seledri dan bumbu, dibentuk bulat-bulat gepeng, dicelupkan ke dalam kocokan telur ayam lalu digoreng.
Ragil mengungkapkan, Pati di era kolonial selain menjadi salah satu kota yang penting bagi VOC maupun pemerintah Hindia Belanda juga menjadikan hubungan dengan kerajaan Mataram menjadi mesra.
"Di era sebelum VOC, hubungan Pati dengan Mataram pasang surut. Ada hubungan yang menarik ketika Ki Penjawi lari dari Pati ke Kedung Lumbu di Banjarnegara, juga di tahun 1930 terjadi perpindahan ibu Kota Pati di era Bupati Tjondro Adi Negoro," ujar Ragil.
Menurut Ragil, saat ini perkedel tidak hanya menjadi pelengkap sajian nasi gandul khas Pati saja melainkan beberapa jenis makanan lainnnya seperti soto, ramesan dan lainnya.
Ketua AGSI Jawa Tengah Heni Purwono yang menjadi moderator mengajak untuk melakukan penelitian lebih lanjut agar keterkaitan sejarah antar daerah di Jawa Tengah bisa terangkai dengan baik.
"Ini menarik sekali jika guru-guru sejarah mau melakukan riset di daerahnya maka pembelajaran sejarah pasti akan lebih kontekstual dan bermakna untuk siswa," ujar Heni.
Pembicara kunci dalam webinar itu Prof Purnawan Basundoro mengungkapkan bahwa untuk meneliti sejarah kota, sumbernya sangat melimpah.
"Saat ini data yang ada dapat diakses secara daring dengan sangat mudah. Dan tema-tema sejarah kota, sangat melimpah di internet. Andai saya jadi mahasiswa sekarang, tanpa pergi ke mana-mana, hanya dengan menelusuri arsip digital, mungkin saya bisa membuat satu skripsi dalam waktu satu bulan," ujar guru besar sejarah Universitas Airlangga Surabaya ini.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair ini juga menambahkan pihaknya akan sangat senang andai diajak berkolaborasi oleh para guru untuk melakukan riset mengenai sejarah di kota masing-masing.
"Ayo kita berkolaborasi sehingga setiap tempat pasti ada sejarahnya. Kita bisa mulai meneliti sejarah desa misalnya dari arsip peta desa. Itu mudah mencarinya di internet," kata pria asal Karangsari Punggelan Banjarnegara ini.
- Komitmen Bersih Dari Narkoba, 23 Personel Polres Boyolali Jalani Tes Urine
- Batasi Ruang Gerak Premanisme, Polres Pemalang Gencarkan Patroli
- Polres Jepara Buka Layanan Gangguan Premanisme, Ini Nomer Aduannya