Permen Jahe Kesukaan Bupati Demak Mulai Bersinar

Subsektor Ekonomi Kreatif Kuliner
Ekonomi Kreatif Subsektor Kuliner Unggulan Kesukaan Bupati Demak. Dokumentasi RMOLJawaTengah
Ekonomi Kreatif Subsektor Kuliner Unggulan Kesukaan Bupati Demak. Dokumentasi RMOLJawaTengah

Demak - Candisari masuk di wilayah Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Daerah hinterland yang sekarang sedang menggeliat yang dipenuhi industri, perumahan, namun pertanian masih tetap bertahan.

Dengan kondisi yang sedang bertumbuh, wajar saja ekonomi di sana sedang bergerak. Berupa rupa usaha bertumbuh, termasuk produk rumahan, atau home industry berbagai penganan olahan.

Sri Rahayu, pendiri Dapur Viela, misalnya, menjadi pelopor home industry di sini. Dia bersama komunitasnya merintis berbagai produk olahan, seperti gedang Chips atau pisang krispi, gethuk thiwul instant, Gathot instant dan juga permen jahe.

Usaha itu sendiri telah dirintis sejak 2019 silam dengan rumah produksi di Perumahan Ivory Garden Blok B No 2 Batursari, Mranggen, Demak. Artinya menjadi rentang waktu yang cukup untuk sebuah perjuangan.

Meski begitu hasil atau perkembangan dari usahanya patut dibanggakan. Produk-produk yang bahan bakunya didapat atau diberdayakan dari lingkungan sekitar telah mendapat sambutan baik dari masyarakat. Bahkan produk permen jahe sudah punya pasar tersendiri.

Permen jahe produk Dapur Viela yang bermerk Perman Jahe Candisari menjadi permen yang disukai Bupati Demak, Bu dr. Hj Eisti’anah. Pengakuan semacam itu membuat Sri Rahayu bangga karena menjadi salah satu bukti produknya diterima pasar. Permen jahe yang bahannya dari Jahe Merah dan Gula Aren diproduk Sri Rahayu dengan kekuatan rasa khas. Jadi wajar Bupati pun menyukai bahkan selalu pesan setiap kali simpanan permennya habis.

Untuk jahenya Sri Rahayu mengambilnya dari daerah Boyolali sedangkan gula arennya dari Limbangan.

Memang, permen produksi Sri Rahayu selain enak, harganya sangat ekonomis. Satu bungkus permen jahe dibanderol Rp30.000 saja. Sedangkan produksinya lainnya seperti ampyang kacang, sambal dan gedhang chip juga dijual dibawah Rp25.000.

Produknya gampang dijumpai di sejumlah tempat pusat oleh-oleh, antara lain seperti di pusat oleh-oleh TIC Demak, di Gallery UMKM Candisari, bahkan di rest area dan Kawasan Kota Lama Semarang juga dapat ditemui. 

Selain permen jahe yang jadi primadona, usaha Sri Rahayu melalui Dapur Viela juga punya produk lain seperti Gatot, Tiwul instanda, juga Egg Roll.

‘’Permen Jahe memang jadi andalan kami, apalagi telah mendapat sertifikat HAKI (Hak Intelektual) dan pengakuan Halal,’’ ujar Sri

Sampai di titik ini Sri merasa bersyukur yang luar biasa. Ke depan dia bertekad dapat menularkan apa yang ditekuni dan digeluti kepada komunitasnya.

Saat ini selain mengelola Dapur Viela, wanita yang sudah malang melintang di industri makanan ini juga aktif di Galery UMKM Candisari dan PPJI Kabupaten Demak.

Di lembaga ekonomi mikro tersebut ia berbagi sumbang pikir yang terus diasah. Satu hal yang menarik dari kegigihannya yang layak diapresisasi dan menjadi contoh adalah idealismenya terhadap capaian yang telah diraih.

‘’Untuk bahan baku, produksi kami semaksimal memanfaatkan dan memberdayakan yang ada di sini (Candisari-Batursari Mranggen red). Kecuali bahan bahan itu sudah tidak ada di sini, baru kami cari atau beli di pasar,” urainya.

Sikap itu didasari pada dua pertimbangan, pertama adalah untuk mengetahui kualitas bahannya itu sendiri, dan kedua juga memberi manfaat pada lingkungan, di mana dia tinggal.

“Soal mutu kami menjaga betul, artinya sertifikasi halal, maka kehalalan harus dapat dijaga. Kalau membeli di pasar asal usul dan kualitas susah dilacak,’’ jelasnya lagi.

Atas dedikasi dan sikap serta komitmennya yang begitu kuat, pantas saja sekarang Dapur Viela menjadi salah satu UMKM binaan salah satu BUMN, yakni Bank BRI, melalui perusahaannya Rumah Kreasi.

“Alhamdulillah pengakuan paten atas produk kami, juga sertifikat halal, tidak luput dari dukungan serta perhatian dari mereka (BRI-red),’’ tambahnya.

Tiada gading yang tak retak, pepatah itu menjadi bagian yang juga mewarnai dinamika perjalanan usaha yang dirintis Sri Rahayu. Salah satu kendala yang dihadapi yakni menyangkut jaringan untuk memperluas ruang promosi.

Sebenarnya, diungkapkan Sri, promosi dan pemasaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti pemanfaatan media sosial.

“Namun saya untuk produk penganan yang notabene merupakan industri kecil, jika transaksinya dilakukan secara retail atau eceran menjadi tidak cucuk atau bernilai ekonomis.” katanya lagi.

Untuk melayani pesanan antara daerah misalnya, pernik-pernik yang perlu dipersiapkan seperti pengepakan, atau packing dan juga transportasi seringkali masih jadi kendala. Karenanya dia lebih menyukai transaksi secara konvensional, seperti pembelian langsung atau pesan lewat Whatsapp. Artinya jelajahnya tidak terlalu jauh.

Berkaitan dengan kendala di atas, Sri Rahayu berharap di masa depan, Gallery yang menjadi tempat menjajakan produknya dapat lebih komplit dan terisi. Saat ini produksinya masih terbatas, selain karena kendala tenaga dan juga jumlah produksi yang belum banyak, maka permintaan seringkali perlu waktu untuk memenuhinya.

Karenanya, ibarat perjuangan masih belum berujung, untuk dapat lebih mengoptimalisasi target yang ingin dicapai dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan. Perhatian, dukungan dan peran serta para pemangku kebijakan, khususnya pemerintah memberi manfaat yang begitu signifikan.

‘’Selama ini kami merasa sudah banyak dibantu, namun uluran tangan dan perhatian dari pemerintah tetaplah diharapkan,’’pintanya.