Pernikahan merupakan momen sakral yang menjadi dambaan setiap pasangan pengantin. Agar dapat menjadi kenangan indah dan berkesan maka perlu dikemas secara spesifik.
- Pencak Silat, Jati Diri Bangsa
- Mbak Ita: Sedekah Laut Bisa Jadi Event Tahunan Pemkot Semarang
- Kupat Jembut, Simbol Masyarakat Pedurungan Saling Berbagi Maknai Syawalan
Baca Juga
Demi mendapatkan kesan nan spesifik itulah, Shah Sema Amukti (21) dengan Najla Adjani Mahendra (19), memilih Candi Agung Borobudur sebagai lokasi pernikahan mereka.
Pasangan muda ini juga memutuskan untuk menggunakan adat Jawa gaya Yogyakarta dalam prosesi pernikahan yang dihelat di Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) tersebut.
Diawali perjalanan calon mempelai wanita menuju lokasi akad nikah di Taman Lumbini kompleks Taman Wisata Candi Borobudur. Bersama kedua orangtuanya, Najla naik kereta kencana, dikirab Bregada Keraton Yogyakarta.
Tidak berselang lama, calon mempelai pria menyusul datang ke lokasi akad nikah dengan menunggang kuda, dan dikirab Bregada Keraton Yogyakarta.
Wajar jika pemandangan tidak biasa itu menyita perhatian para wisatawan yang tengah berkunjung di candi peninggalan dinasti wangsa Syailendra yang berdiri megah itu.
Berlatar belakang Candi Borobudur, pengucapan ijab kobul pengantin pria menggunakan bahasa Jawa, dengan mas kawin 200 gram emas.
Usai ijab kobul, pasangan pengantin mengikuti semua alur prosesi, dari panggih (bertemunya keluarga kedua mempelai) hingga menuju pelaminan.
Ditemui usai acara, raut wajah Najla terlihat sumringah. Meski tak berasal dari Yogyakarta, namun wanita ini berharap pernikahannha bisa menjadi inspirasi pasangan lain.
"Ini hal yang sangat baik bagi saya dan keluarga, bisa mendalami adat Jawa. Apalagi Candi Borobudur itu kan sangat ikonik dengan wisata Indonesia. Jadi kita benar-benar membawakan pernikahan kita itu seperti pernikahan Ageng. Pernikahan yang dapat disaksikan secara nasional. Semoga bisa menjadi inspirasi untuk pasangan-pasangan ke depannya," katanya.
"Kedua tentunya perasaan saya bahagia. Apalagi kita semua ini tidak ada yang berasal dari benar-benar dari Jogja Magelang. Jadi kita benar-benar persiapannya sangat-sangat 100 persen harus ready gitu," tambahnya.
Ungkapan senada diutarakan Shah Sema Amukti. "Saya sangat bahagia sekali bisa menikah di sini. Apalagi pernikahan hari ini berjalan lancar... alhamdulillah. Sukur sangat berbahagia dan penuh cinta," akunya.
"Pertama saat akad telah sah. Kedua adalah pertama kali saya ketemu sama mempelai Putri setelah berhari-hari di pingit ya. Salah satu hal yang dari kecil mau diwujudkan," tuturnya.
Kemal Mustofa, orangtua mempelai pria, mengaku sengaja memilih Candi Borobudur sebagai lokasi pernikahan buah hatinya.
"Borobudur terletak di Kota Magelang yang menjadi puncaknya Pulau Jawa. Borobudur adalah lambang peradaban yang tinggi leluhur kita. Saya memakai konsep Jawa Klasik ini, karena ingin membangkitkan lagi bahwa budaya Nusantara sudah saatnya menjadi jati diri bangsa untuk meraih Nusantara mercusuar dunia," katanya.
Sehari sebelumnya, kedua pengantin melakukan tradisi pingit. Mereka tidak boleh bertemu dan berinteraksi secara langsung. Juga menjalani prosesi siraman yakni mandi air tujuh mata air yang dilakukan di tempat terpisah.
- Eks Taman Wisata Selomoyo Bakal Disulap Jadi SR Wonogiri
- 1.500 Perempuan Berparade Kebaya di Candi Borobudur, Gadis Bule Emoh Ketinggalan