Kupat Jembut, Simbol Masyarakat Pedurungan Saling Berbagi Maknai Syawalan 

Tradisi Kupat Jembut Di Kampung Jaten Cilik Dan Pedurungan Tengah Sampai Saat Ini Masih Tetap Dilestarikan Masyarakat Setiap Kali Syawalan. Dicky A Wijaya/RMOLJateng
Tradisi Kupat Jembut Di Kampung Jaten Cilik Dan Pedurungan Tengah Sampai Saat Ini Masih Tetap Dilestarikan Masyarakat Setiap Kali Syawalan. Dicky A Wijaya/RMOLJateng

Lebaran Ketupat atau Bodho Kupat jadi sebuah tradisi turun temurun di kalangan masyarakat Jawa. Seperti dilakukan masyarakat Pedurungan, Kota Semarang, warga di Kampung Jaten Cilik menggelar tradisi Syawal dengan berbagi ketupat jembut. 


Istilah namanya itu memang terdengar vulgar dan tidak etis, akan tetapi nama kupat jembut sudah berlangsung sejak nenek moyang dahulu. Di dalam ketupat terdapat berbagai isian tauge serta sayur-sayuran lain. 

Setelah sholat subuh di masjid kampung, di depan rumah warga disajikan ketupat jembut di atas nampan bebas dapat diambil siapa pun. Selain ketupat jembut, ibu-ibu juga memberikan uang kepada anak-anak. 

Acara bagi-bagi ketupat dan uang bagi anak-anak setiap tahun pasti digelar ketika syawalan atau seminggu setelah Lebaran.

Semua warga termasuk pengunjung datang melihat tradisi, kebagian mendapatkan dan bisa ikut mencicipi ketupat jembut itu. 

Tahun 2024 ini, warga menyediakan ketupat untuk dibagi-bagikan lebih banyak. Alhasil, semua senang dan gembira dapat menikmati ketupat jembut bersama-sama. 

Tradisi sama juga digelar warga Pedurungan Tengah. Namun, tradisi kupatan juga diselingi silaturahmi maaf-maafan antar warga. Suasana Lebaran pun terasa sekali, setelah bermaaf-maafan para warga saling berbagi makanan dan makan bersama dengan menu ketupat. 

Warga setempat, Siti, mengatakan tradisi Syawalan maknanya cukup banyak, dapat dimaknai melestarikan tradisi, tapi bagi warga terpenting kebersamaan dan silaturahmi antar tetangga. 

"Kalau dari sejarahnya, tradisi Syawalan itu harus membuat ketupat. Tetapi, warga sampai sekarang terus mengadakan sebetulnya untuk melestarikan tradisi. Bagi warga, paling penting silaturahmi dan kumpul-kumpul bersama, bisa saling berbagi tukar makanan dan makan bersama," terangnya.