Meriahnya Tradisi Wiwit Kopi, Bentuk Rasa Syukur Petani Lereng Muria Kudus

Salah seorang tokoh petani memetik kopi menandai panen perdana di kebun kopi Bukit Guyangan Desa Japan, Kecamatan Dawe Kudus.
Salah seorang tokoh petani memetik kopi menandai panen perdana di kebun kopi Bukit Guyangan Desa Japan, Kecamatan Dawe Kudus.

Panen raya kopi di Lereng Muria Kabupaten Kudus kini telah dimulai. Para petani kopi di Desa Japan, Kecamatan Dawe Kudus pun menyambut musim panen kopi dengan tradisi Wiwit Kopi, Kamis (8/8).


Gelaran tradisi ini diawali beragam ritual, diantaranya doa bersama, kirab gunungan berisikan hasil bumi yang tumbuh subur di Pegunungan Muria serta tradisi ngrowok atau memetik buah kopi.

Rute kirab gunungan dimulai dari Makam Mbah Surigonjo (Sesepuh Desa Japan) menuju Bukit Guyangan yang berada di Lereng Muria. Setelah gunungan hasil bumi dikirab, ritual simbolis ngruwok (memetik, red) kopi pun dilakukan.

Kepala Desa Japan, Sigit Tri Harso mengatakan, tradisi Wiwit Kopi didesanya biasanya dilakukan serentak setelah lebih dari 15 tahun vakum.

Tradisi Wiwit Kopi ini, kata Sigit, sebagai bentuk rasa syukur petani kopi dan masyarakat Desa Japan atas melimpahnya panen kopi.

"Kami menggelar syukuran dan berdoa dengan tradisi Wiwit Kopi ini, supaya panen yang dihasilkan lebih banyak dan melimpah di desa kami," ujar Sigit.

Warga Desa Japan Kudus rebutan gunungan berisikan hasil bumi seperti jeruk pamelo, buah parijoto dan hasil bumi lereng Muria saat tradisi wiwit kopi.

Menurut Sigit, musim panen kopi tahun ini berlangsung sejak bulan Juli hingga akhir Agustus. Melalui tradisi wiwit kopi, Sigit pun berharap para petani kopi di Lereng Muria khususnya di Desa Japan dapat lebih makmur dan sejahtera.

"Ini sebagai cara kami mensyukuri nikmat Tuhan, semoga masyarakat diberikan keselamatan dan kemakmuran atas panen raya ini," harapnya.

Selain ritual simbolik Wiwit Kopi, juga dilakukan kirab gunungan membawa hasil bumi. Diantaranya jeruk pamelo, alpukat, cengkeh, pisang, ganyong, hingga parijoto dan umbi-umbian yang tumbuh subur di Gunung Muria.

"Kondisi tanah di Desa Japan termasuk subur, sehingga bisa ditanami apa saja. Tradisi ini sebagai symbol harapan agar hasil bumi di desa kami kedepan semakin berkembang," terangnya.

Tidak hanya itu saja, tradisi wiwit kopi juga dimeriahkan penampilan Tari Wiwit Kopi dan pembagian gunungan hasil bumi.