Gojekan Sengit Pendakwah Miftah, Tak Surutkan Sang Legenda, Yati Pesek

Piagam Penghargaan Keraton Surakarta Hadiningrat Memberikan Anugerah Nawala Kekancingan Kepada Suyati Sumaryo Atau Yati Pesek Atas Komitmen, Kontribusi, Dan Jasa Luar Biasanya Dalam Seni Pertunjukan Dan Ketoprak Yang Merentang Selama 45 Tahun. Dokumentasi
Piagam Penghargaan Keraton Surakarta Hadiningrat Memberikan Anugerah Nawala Kekancingan Kepada Suyati Sumaryo Atau Yati Pesek Atas Komitmen, Kontribusi, Dan Jasa Luar Biasanya Dalam Seni Pertunjukan Dan Ketoprak Yang Merentang Selama 45 Tahun. Dokumentasi

Solo - Di tengah gelombang desakan pencopotan Miftah Maulana Habiburrahman, atau yang lebh dikenal dengan Gus Miftah, beredar video lawasnya saat sepanggung dengan pekerja seni pertunjukan senior Yati Pesek.

Seperti menyulut api dalam sekam, video tersebut meningkatkan sentimen publik kepada Miftah. Video yang diunggah akun instagram @kal*** pada Kamis (05/12), menyertakan judul Pecat Miftah Dari Jabatan Utusan Khusus Presiden!

“Berikan kami pemimpin yang beradab, berakhlak dan berperikemanusiaan,” kata akun Instagram @kam***.

Dari cuitan di media sosial tersebut memperlihatkan perbedaan perilaku Yati Pesek saat membalas gojekan (canda-red) Miftah. Jelas sekali bagaimana Yati menjaga keprofesionalan dirinya sebagai artis senior dengan adab santun dan sabarnya meski menerima cemoohan yang menyakitkan.

Yati Pesek bernama asli Yati Sumaryo ini, lahir di Yogyakarta, 18 Desember 1952. Ia adalah pekerja seni yang mumpuni hampir di semua seni pertunjukan, dari sinden, pemain ketoprak, wayang orang bahkan bermain di layar lebar.

Perjalanan panjang keartisan dengan segala dinamikanya telah mengantarkan dirinya agar layak mendapatkan predikat seniman legendaris. 

Juli 2009, Keraton Surakarta Hadiningrat memberikan anugerah Nawala Kekancingan kepada Suyati Sumaryo atau Yati Pesek atas komitmen, kontribusi, dan jasa luar biasanya dalam seni pertunjukan dan ketoprak yang merentang selama 45 tahun.

Dari penganugerahan itu Yati Pesek mendapatkan gelar Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Walitodiningrum. Sebuah penghargaan yang penting dan terhormat bagi seniman asal Jawa seperti Yati.  

Tentu saja, penghargaan yang telah diperjuangkan dan dipertahankan dengan baik oleh Yati ini dapat diperbandingkan dengan Miftah yang sedang dihujat masyarakat karena lisannya yang terkoneksi dengan hatinya telah menurunkan tahtanya sebagai pendakwah.

Miftah, seorang yang mengeklaim ahli agama, ternyata bermulut kotor yang dengan berkedok canda bebas memperolok Bu Yati dengan kalimat yang merendahkan, "Untung jelek, kalau cantik jadi lonte." dan “Sampun expired iki susune."

Bu Yati terlihat sangat tidak nyaman dengan gojekan sengit Miftah yang kasar dan merendahkan itu. Tapi pria tidak sadar dan terus-menerus mengeluarkan sampah dari mulutnya.

Mengutip akun @ani***, “Bener2 ga layak menyandang gelar ‘Gus’ dan jadi Utusan Khusus Presiden!”. Akun ini juga mengingatkan agar tidak salah memilih panutan. “Dia punya pengikut yang banyak, menjadi pendakwah, dianggap akhlaknya mulia, tapi otak dan moralnya mencerminkan sebaliknya?” tegasnya.